Kabar mengenai pilihan lokasi dan prediksi berapa lama proses pemindahan tersebut berlangsung menghiasi halaman media cetak dan media online belakangan ini. Sebagian memprediksi bahwa proses membangun kota baru itu membutuhkan waktu yang lama, bisa lebih dari 5 tahun dan tidak yakin bahwa Jokowi akan berhasil mewujudkannya. Bahkan ahli tata kata Indonesia Rocky Gerung mengatakan bahwa Jokowi asbun.
Mungkin prediksi tersebut tidak salah jika mengikuti pola pikir yang biasa dilakukan oleh orang pada umumnya. Pada tulisan saya di kolom kompasiana ini edisi 13 Mei 2019 atau 100 hari sebelum lokasi calon Ibukota Negara Republik Indonesia diumumkan oleh Presiden Jokowi dimana saya dapat menebaknya dengan benar telah saya kemukakan. Adapun alasan saya memprediksi lokasi ini karena kondisi eksisting sarana dan prasarana yang sudah mencukupi untuk mempercepat proses pemindahan Ibukota tersebut. (Untuk lebih meyakinkan anda silahkan klik link yang saya titipkan nanti di kolom komentar atau dapat dicari dengan kata kunci samboja).
Proses Pembangunannya prediksi saya.
Yang pertama saya prediksi nanti di ibukota baru kelak tidak dibutuhkan kantor pemerintah dengan ketinggian seperti di Jakarta yang harus bertingkat tinggi untuk dapat menampung semua Aparat Sipil Negara (ASN) yang ada di satu departemen pada satu gedung yang sama. Di Jakarta terjadi seperti itu karena harga tanah yang tinggi dan stock lahan yang terbatas, sementara di Kalimantan lahan sangat tersedia. Prediksi saya mungkin tinggi gedung kurang lebih seperti di Pulau Bali atau sedikit lebih tinggi.
Prediksi saya setelah gong dibunyikan sebagai tanda resmi proses persiapan fisik pindah ibukota dimulai maka beberapa menit kemudian diundang para pengembang di Jakarta, Kalimantan Timur atau bahkan dari seluruh Indonesia. Setelah itu dilakukan proses lelang untuk meruislag hampir semua bangunan milik pemerintah pusat yang ada di Kota Jakarta, kecuali Istana Negara dan  gedung yang berhubungan dengan keamanan yang dimiliki oleh Instansi Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia serta beberapa instansi lain yang tetap dibutuhkan walau Ibukota Negara Republik Indonesia berpindah.
Dilakukan perjanjian bahwa pengembang harus membangun terlebih dahulu bangunan di Kota Samboja senilai harga bangunan yang ada di Jakarta, baru serah terima kantor di Jakarta dilakukan 5 tahun kemudian. Perhitungan ini akan mempertimbangkan juga net future value lahan di Jakarta di kurangi biaya penyusutan gedung dikurangi suku bunga pinjaman dll.Untuk lebih menarik minat para pengembang diperlukan campur tangan pemerintah untuk mempermudah skema peminjaman di Bank terutama Bank Pemerintah.
Perjanjian ruislag dilakukan di Jakarta dan pada saat yang bersamaan di Samboja secara paralel  langsung dilakukan proses pembangunan fisik jalan menuju kawasan ibukota terutama dari pintu keluar jalan toll yang sudah ada.
Saya tidak mengerti tentang ilmu teknik sipil tetapi saya yakin tidak sampai 5 tahun proyek pembangunan perkantoran dan utilitasnya di ibukota baru kelak bisa selesai. Hal karena beberapa proses yang memakan banyak waktu bisa dipangkas atau di persingkat terutama seperti Izin Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) saya perkirakan sudah dilakukan sebelumnya oleh team peneliti Bappenas.
Pembangunan ini diperkirakan akan mendatangkan banyak material dari luar Provinsi Kalimantan Timur tetapi hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena dua pelabuhan dan dua bandara telah siap melayani, mungkin dengan sedikit polesan pengerasan jalan untuk kendaraan yang lebih berat tonasenya,penambahan krane dll.
Setelah itu semua meterial dapat dikirimkan dengan cepat ke lokasi proyek dan dilakukan pengerjaan fisik bangunan perkantoran dan perumahan untuk calon ASN. Pembangunan akan dilakukan secara paralel oleh semua pengembangan yang berpartisipasi. Dengan tingkat kerajinan Presiden Jokowi untuk turun langsung meninjau proyek infrastruktur maka diperkirakan pekerjaan ini akan berlangsung sesuai dengan schedule. Yang paling membutuhkan waktu lama adalah pembangunan Kantur DPR MPR karena membutuhkan ruang sidang yang mampu menampung belasan ribu orang.
Saya perkirakan InshaAllah upacara 17 Agustus 2024 sebagai peringatan HUT RI ke 79 dilakukan di Istana Negara di Ibukota Baru kelak yang belum tahu nama pastinya. Jika seandainya belum lengkap sempurna semua instansi pemerintah pusat pindah ke ibukota baru kelak, mungkin hanya sebagian kecil saja.