"Satu ons praktek lebih berharga dari pada satu ton teori", demikian ungkapan yang cukup mencengangkan menurut saya, yang dikutip dari perkataan salah seorang tokoh yang sangat memberi berpengaruh besar di India, mahatma Gandhi.
Ungkapan tersebut mungkin merupakan sebuah motivasi bagi setiap orang agar menjadi pribadi yang lebih konsisten, artinya jika ingin mengatakan sesuatu, baik berupa janji kepada orang lain, rencana untuk dilakukan dan lainnya, maka hendaknya harus benar-benar direalisasikan dan bukan hanya sebatas angin lalu atau sebatas kata-kata belaka saja.
Ungkapan Gandhi di atas juga bisa saja merupakan sebuah insinuasi atau sindiran yang halus bagi mereka yang suka mengumbar janji tanpa realisasi untuk ditepati, alias suka mengingkari janji.
Jika saat ini ditemui orang yang suka mengumbar janji, baik itu oleh teman, keluarga, pemimpin organisasi dan pemerintahan dan lain-lain, atau bahkan diri sendiri, maka "satu ons praktek lebih berharga dari pada satu ton teori" haruslah menjadi sebuah warning baginya.
Namun, ungkapan tersebut bisa juga dijadikan sebagai sebuah motto atau semboyan untuk memotivasi diri. Ungkapan tersebut pula bisa dijadikan cermin untuk melihat ke dalam diri sendiri sehingga jangan dijuluki orang lain dengan sebuah peribahasa yang berbunyi "tong kosong nyaring bunyinya".
Secara pribadi, saya pun menyadari bahwa dalam berbagai hal, saya masih banyak mengingkar janji terhadap orang lain maupun pada diri sendiri, bahkan terhadap sang Pencipta dalam hal spiritulitas saya.
Saya yakin bahwa hal demikian juga pernah dilakukan oleh siapa pun, khususnya yang sedang membaca artikel ini. Saya meyakini bahwa ini merupakan sebuah fakta yang lumrah, yang tidak bisa disangkal oleh siapa pun sebagai manusia atau ciptaan sang Khalik yang memiliki keterbatasan, kelemahan dan kekurangan.
Namun bukan berarti bahwa fakta ini harus dijadikan sebuah dogma ataupun alasan agar terus membiasakan diri menginkar janji, berbohong, tidak konsisten, tidak berpendirian tetap dan lainnya.
Sebagai manusia yang diciptakan berakal budi dan berhati nurani tentu dikaruniai kemampuan untuk membedakan manakah hal yang baik, berguna/bermanfaat untuk dilakukan dan hal yang jahat untuk dijauhi.
Manusia bisa belajar dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih konsisten, berintegritas, jujur dan lainnya.