Mohon tunggu...
Toni Yoyo
Toni Yoyo Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja Profesional, Konsultan Manajemen dan Bisnis, Pembicara Publik, Trainer, Pengajar, Narasumber Radio dan TV, Penulis, Grafologis, dan Hipnoterapis

Toni Yoyo memiliki hampir 25 tahun pengalaman kerja di berbagai perusahaan besar. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknologi Pangan, S2 Manajemen Keuangan, S2 Teknik Industri, dan S3 Manajemen Strategik dari berbagai universitas ternama di Indonesia, semuanya dengan predikat Cum Laude dan hampir selalu menjadi lulusan terbaik. Gelar sertifikasi profesi yang disandangnya adalah ELT (Essential Licensed Trainer), CPM® (Certified Professional Motivator), CPS® (Certified Public Speaker), CG (Certified Graphologist/Handwriting Analyst), dan C.Ht (Certified Hypnotherapist).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan dan Kesempatan Guru di Masa Pandemi Covid-19

2 November 2020   16:38 Diperbarui: 2 November 2020   16:48 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"TANTANGAN DAN KESEMPATAN GURU DI MASA PANDEMI COVID-19"

(oleh: Madam Henely Claresta Djong)

Merancang dan menjalankan sistem pendidikan online yang bermutu tentunya merupakan tantangan bagi semua sekolah dan guru-guru pada saat ini. Saya sebagai seorang praktisi pendidikan dan pengelola sekolah anak usia dini serta sekolah dasar, saya akan berbagi pemikiran dan pengalaman kami dalam menjalani pembelajaran jarak jauh (online learning) selama pandemi Covid-19. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Mengajar anak usia dini secara online? Bisakah? Bagaimana mengubah sistem pendidikan tatap muka (offline) ke sistem pendidikan online tanpa persiapan, pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan sebelumnya? Situasi dan kondisi pandemi Covid-19 sampai saat ini memaksa kita untuk berubah menyesuaikan dengan keadaan.

Perubahan tentunya harus dimulai dari pola dan cara berpikir (mindset) kita. Kita tidak bisa terus larut dalam kebingungan dan terbenam dalam kegelisahan akan dampak pandemi Covid-19 ini. Tidak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Tidak ada kepastian. Lebih baik kita berfokus kepada solusi daripada masalah. 

Lebih baik kita memikirkan apa yang bisa kita lakukan daripada memikirkan ketidakpastian. Inilah cara berpikir yang saya tanamkan pada diri saya sendiri dan mengajak guru-guru untuk memiliki cara berpikir yang sama. Ketika pemikiran kita positif, semangat dan energi juga menjadi positif. Pemikiran dan emosi positif inilah yang akhirnya membantu dalam membangun kreativitas dan meningkatkan daya juang kami dalam menjalankan sistem pengajaran online dari awal pandemi Covid-19 hingga saat ini.

Salah satu kunci keberhasilan guru dalam membangun sistem pengajaran online adalah selain materi dan teknik mengajar yang menarik, guru juga harus memiliki kemampuan membangun hubungan emosional dan komunikasi yang baik dengan anak didiknya. Tentunya keberhasilan ini juga tidak terlepas dari dukungan, kepercayaan, dan kerja sama yang baik dari orang tua.

Salah satu pengalaman kami yang berkesan adalah pengalaman mengajar salah satu anak yang masih balita, yaitu Alvaro (Aro) yang baru berusia sekitar dua tahun. Aro adalah murid online kami yang berasal dari Jakarta. Jadi ini adalah online learning kami yang tidak hanya lintas kota tetapi juga lintas pulau. Online learning selama mengajar Aro di bulan pertama adalah tantangan yang sangat besar karena guru Aro harus mampu mengajari Aro dengan sabar dan kreatif.

Awalnya, Aro sering menangis dan melompat-lompat karena menolak untuk belajar. Mungkin karena Aro masih asing dengan gurunya dan ini merupakan pengalaman pertama Aro mulai belajar bahkan secara online. 

Namun guru yang sabar, kreatif, dan menyukai anak-anak tidak akan merasakan kesulitan ini sebagai kendala yang berarti. Online learning Aro semakin lama semakin baik dan lancar. Dukungan dan pendampingan orang tua Aro menjadikan kesulitan yang muncul juga lebih mudah ditangani.

Memasuki bulan ketiga, Aro sudah bisa mengikuti online learning dengan sangat baik. Berkebalikan dengan cerita di awal ketika Aro belajar sambil menangis dan melompat-lompat, sekarang Aro belajar dengan senang hati dan ceria. Aro sudah bisa duduk di kursi selama satu jam belajar secara online. Orang tua Aro tidak perlu mendampingi Aro lagi, cukup memantau dari jauh. Aro sudah pandai menyanyikan lagu yang diajarkan dan bisa menghafal dengan cepat beberapa huruf dan angka.

Sekarang, di setiap akhir sesi belajar, Aro menangis dan selalu mengatakan, "I don't want to say good bye". Aro menangis karena tidak rela belajar online-nya harus berakhir. Aro menyukai gurunya, menikmati kelas online-nya, dan merindukan sesi yang dilakukan dua kali dalam seminggu.

Ini adalah salah satu pengalaman dari sekian banyak pengalaman yang tidak bisa kami bagikan satu per satu. Pengalaman ini membuktikan bahwa kedekatan emosional bisa terbangun dalam online learning. 

Selama guru mencintai pekerjaannya, mengajar dengan semangat dan suka cita, terus membangun kreativitas mengajar dalam kondisi apa pun, kesuksesan guru di masa pandemi Covid-19 bukan hanya sebuah mimpi dan imajinasi belaka. Adalah tantangan bagi sekolah dan guru-guru bagaimana menjadikan online learning ini sebagai kesempatan untuk maju, bukan sebagai halangan untuk terus bertumbuh.

Jika seorang guru mau mengubah cara berpikirnya dan pola pengajarannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, guru tersebut tidak hanya menciptakan kesempatan belajar yang bermutu bagi anak didiknya, melainkan juga telah melakukan satu transformasi diri dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki melalui pengalaman online learning yang berharga dan luar biasa.

Jika online learning yang lancar dan sukses bisa dilakukan oleh guru TK, pasti sangat bisa dilakukan oleh guru-guru yang mengajar di atas level TK. Sebelumnya kita tidak pernah dipersiapkan untuk belajar bagaimana caranya mengajar di masa pandemi Covid-19. 

Tidak ada kurikulum dan program sekolah yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk masa pandemi Covid-19. Inilah tantangan dunia pendidikan pada saat ini. Hanya sekolah-sekolah dan guru-guru yang kreatif dengan pola dan cara berpikir (mindset) yang positif saja yang bisa menjawab tantangan pendidikan pada masa pandemi Covid-19 dan setelahnya.

"Terima kasih khususnya kepada Teacher Dina dan Teacher Niar yang telah mendidik Aro dengan penuh ketulusan dan cinta kasih. Terima kasih juga kepada orang tua Aro, atas kepercayaannya kepada sekolah kami dan kesabarannya dalam mendampingi dan memantau Aro. Bersama-sama, dengan kerja sama yang erat para guru dan orang tua, mari kita berjuang demi pendidikan terbaik bagi anak-anak kita."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun