Letak Sitinggil berada di daerah mina tani yang mendorong wisatawan untuk berkunjung ditambah lokasi Sitinggil dekat dengan Kolam Pemandian Muncul yang sudah terkenal karena kesegaran airnya. Tidak hanya itu ada danau Rawa Pening yang menambah terkenalnya daerah tersebut. Untuk akses menuju lokasi  kita dapat lewat Kota Ambarawa atau Kota Salatiga menuju ke arah Muncul.
Menginap di homestay  Sitinggil dengan konsep yang masih tradisional menambah kesan seolah-olah kita kembali ke zaman dulu. Zaman di mana orang-orang masih mengandalkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti menanam padi, kopi, mangga, singkong dan lainnya. Mengolah hasil yang kita tanam sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Tinggal di desa adalah hal paling nyaman untuk melarikan diri dari hiyuk-priuk keramaian kota yang membuat kita menjadi tenang.
Tidak hanya menawarkan konsep penginapan joglo saja, tetapi di sini  kita juga bisa camping di pinggir sawah atau menjelajah persawahan yang mirip dengan Ubud. Membuat api unggun di pinggir sawah bersama teman atau keluarga dengan tenda menambah suasan yang masih alami. Apalagi kita camping saat musim kemarau itu akan membuat lebih nyaman lagi karena kita tidak perlu takut kehujanan. Saran saya bila ingin kalian mengunjungi Sitinggil saat musim hujan kalian menginap di homestay saja. Karena jika camping kita tidak dapat membuat api unggun karena tanah basah dan menjadi becek. Sitinggil juga menawarkan wisata jelajah sawah dengan berjalan menyusuri persawahan yang dihiasi pohon kelapa di sekitar area sawah. Mendaki perbukitan untuk melihat area persawahan dan perdesaan yang tersusun indah. Tidak hanya itu dari atas kita dapat melihat danau Rawa Pening yang terlihat berada di tengah-tengah area persawahan. Danau Rawa Pening sebagai pasokan air untuk para petani saat kemarau panjang.Lokasi Sitinggil sendiri dekat dengan area persawahan.
Saat kita menengok halaman belakang Sitinggil kita disugukan dengan pemandangan yang indah. Mulai dari sawah dengan terasering yang indah dan gunung seperti Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Gajah. Pemandangan inilah yang menabah kesan kita berada di pedesaan yang masih alami dan masih kental dengan pertaniannya.
Sawah-sawah di sini dimiliki oleh penduduk sekitar dan digunakan oleh mereka sendiri karena mayoritas pekerjaan masyarakat disini adalah bertani. Alangkah beruntungnya kita jika mengunjungi pada saat musim tanam atau saat musim panen tiba karena kita bisa melihat petani beraktivitas seperti: menanam padi jika dalam bahasa jawa adalah "tandur", memberi pupuk, menjaga padi dari burung pipit, atau memanen padi.
Menu yang di sajikan Sitinggil adalah menu makanan khas tropis. Yang terkenal dengan bumbu rempahnya. Tidak hanya itu disini juga menjual berbagai varian kopi asli dari petani lokal sendiri di lereng perbukita seperti Kopi Kelir. Kita juga bisa mengajak anak-anak untuk belajar membatik dengan cara tradisional.
Kenapa saya menulis artikel ini? Karena motivasi saya untuk masuk petanian adalah saya ingin menjadi melestarikan pertanian dan mendobrak pemikiran-pemikiran yang memandang rendah pertanian. Membuktikan pertanian tidak cuma identik dengan kemiskinan dan dipandang sebelah mata tetapi pertanian adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan. Mayoritas penduduk Indonesia adalah petani namun mengapa pertanian di negara kita tidak maju. Hal itulah yang membuat saya untuk memperkenalkan pertanian dengan konsep yang berbeda. Pertanian dari sudut pandang rekreasi yaitu agrowisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H