NANAS DAN LADA, HADIAH YANG MAHA KUASA
 "Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati tinggalkan karya dan kebajikan"
Â
Kota Toboali merupakan ibukota Kabupaten Bangka Selatan yang berjarak 125 KM ke arah Selatan dari ibukota Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota kecil ini memiliki keindahan alam dan wisata yang mempesona setiap orang yang berkunjung. Makanan khas tradisional yang unik dan enak juga selalu memanjakan lidah para tamunya. Kota yang juga dikenal dengan nama lainnya yaitu Kota Habang ini memiliki beberapa tugu yang cantik sebagai ikon penataan kota. Dua di antaranya adalah Tugu Nanas dan Tugu Lada. Kedua tugu ini tentu memiliki makna dan cerita. Inilah kisahnya....
Di ujung selatan pulau Bangka hiduplah seorang pemuda gagah yang baik hati bernama Bujang Toboali. Walaupun hidup sederhana, namun ia sangat bahagia. Pribadinya yang mulia dan senantiasa menolong sesama membuat hatinya luas seluas samudera. Â Bagi Bujang Toboali hidup adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri dengan melakukan kebaikan dan berpijak pada hati nurani. Dengan demikian maka hidup menjadi lebih bermakna. Ibarat pepatah, gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang.
Kebaikan hati Bujang Toboali mendapat perhatian dari para Dewata. Sang Dewa Surya dan Dewi Rembulan berniat memberikan berkah untuknya. Namun mereka sepakat untuk menguji kebesaran hati Bujang Toboali terlebih dahulu. Dewa Surya pun turun terlebih dahulu ke bumi dengan menyamar sebagai seorang kakek tua yang terluka. Kakek itu duduk di tepi jalan sambil menahan sakit akibat luka di kakinya yang cukup parah. Tidak lama kemudian, lewatlah Bujang Toboali yang hendak pulang ke rumahnya. Dia melihat kakek itu dan merasa iba.
 "Apa yang terjadi, Kakek ?" tanyanya seraya mendekati sang Kakek.
"Kakek terjatuh, Nak," jawab sang Kakek dengan wajah yang meringis kesakitan.
Bujang Toboali dengan sigap segera memberikan pertolongan kepada kakek malang itu. Dibersihkannya luka kakek itu dengan air dan kain yang dirobeknya dari bajunya sendiri. Setelah lukanya bersih, kemudian dibalut dengan seksama.
"Kakek mau pulang ke mana?" tanya Bujang Toboali iba.
"Rumah kakek di atas Bukit Muntai. Bisakah anak mengantar kakek pulang? Sepertinya kakek belum bisa berjalan jauh, apalagi naik bukit,"jawab kakek itu terlihat masih menahan rasa sakit.