Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Uang).
Hari ini Tanggal 30 Oktober 2014 Kementerian Keuangan RI memperingati Hari Oeang yang ke-68. Moment ini mengingatkan saya pada “OEANG” tersebut. Bukan hanya saya, seluruh manusia di jaman modern ini pasti tahu dan mengenal yang namanya Uang. Manusia bekerja keras, siang dan malam, pada umumnya adalah untuk mencari yang namanya Uang. Tanpa Uang, maka mustahil manusia modern saat ini dapat hidup. Segala sesuatu kebutuhan hidup manusia saat ini memerlukan uang, mulai sejak lahir sampai manusia mati. Kalimat menghibur diri yang mengatakan “Uang bukanlah segala-galanya” menurut saya keliru, karena faktanya di dunia ini “segala sesuatu memerlukan uang”. Ada juga yang mengatakan “Apalah guna banyak uang toh uang tidak dibawa mati”. Ini juga adalah keyakinan yang salah. Memang benar uang tidak dibawa mati, tapi bukanlah lebih baik jika kita mati meninggalkan banyak uang untuk anak istri kita atau ahli waris kita, sehingga dengan demikian mereka dapat hidup layak?
Dalam realitas kehidupan, sakitnya itu di sini (sambil memegang dada) jika kita tidak punya uang. Coba anda bayangkan saat anda tidak memiliki uang serupiah pun, sementara anda perlu untuk membiayai sekolah anak, perlu untuk berobat, perlu untuk biaya transportasi, perlu belanja kebutuhan sehari, dan lain-lain. Tidak punya uang bisa membuat manusia stress dan akhirnya terkena penyakit! Bahkan terdapat kasus orang yang putus asa sampai bunuh diri karena tidak memiliki uang. Begitu pentingnya uang dalam kehidupan manusia, sehingga wajar jika manusia modern berlomba-lomba “mencari” uang. Tentu ini bukanlah hal yang salah, dengan catatan manusia tidak menjadikan uang sebagai “Tuhan”-nya. Pendapat yang mengatakan “Uang adalah akar dari segala kejahatan” adalah sebuah persepsi yang salah, karena justru karena tidak ada uang lah yang dapat menimbulkan aksi kejahatan. Jika imannya tidak kuat, orang yang tidak memiliki uang akan terpancing untuk melakukan kejahatan, mulai dari mencopet, mencuri, merampok, menerima suap, memeras, korupsi bahkan membunuh sesamanya. Mengerikan sekali saudara-saudara dampak negatif kalau tidak punya uang dan sekaligus tidak punya iman yang kuat. Tentu hal ini tidak bermaksud menyatakan bahwa orang yang punya banyak uang tidak akan bisa melakukan kejahatan. Orang yang memiliki banyak uang pun karena keserakahannya akan uang, bisa juga melakukan pemerasan dan korupsi serta kejahatan-kejahatan lainnya.
Manusia modern berlomba-lomba untuk “mencari” uang, mulai dari bekerja sebagai petani, nelayan, buruh, pedagang, karyawan, pegawai negeri, pengusaha dan lain-lainnya. Mulai dari yang bekerja kasar, memeras keringat, tenaga dan otot, sampai yang bekerja dengan santai di ruang-ruang kantor ber-AC cukup mengandalkan otaknya. Uang yang diperoleh dengan bekerja keras dan bekerja cerdas tersebut tentu adalah rezeki yang halal dan akan membawa berkat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya uang yang diperoleh dengan cara-cara memeras, menerima suap, menipu, mencuri dan korupsi adalah rezeki yang haram dan akan membawa malapetaka bagi kehidupan manusia.
Uang memang mempunyai dua sisi, sisi positif dan sisi negatif. Semua tergantung kita sendiri. Uang bisa merupakan sumber berkat tapi bisa juga sebaliknya menjadi sumber kutukan atau bencana bagi kehidupan kita. Kebahagiaan kehidupan kita tidaklah tergantung berapa banyak uang yang kita miliki, tapi berapa banyak kita mensyukuri uang yang kita peroleh secara halal, lalu selanjutnya menggunakan uang tersebut secara bertanggung jawab dan sebaik-baiknya. Kekayaan tidaklah secara otomatis diukur dari banyaknya uang yang kita miliki, karena bisa jadi pengeluaran dan hutang kita juga banyak, sehingga sama saja menjadi seperti tidak beruang.
Memang uang bisa bikin
orang senang bukan kepalang uh...
Namun uang bisa juga
bikin orang mabuk kepayang uh...
Lupa sahabat, lupa kerabat
lupa saudara,
mungkin juga lupa ingatan
oh...uang...
oh...lagi-lagi uang
Uang bisa bikin orang
senang tiada kepalang
Uang bikin mabuk kepayang uh...
(Demikian lirik lagu yang dipopulerkan oleh Nicky Astria).
Apakah anda mau menjadi orang kaya (banyak uang) tapi tidak bahagia?
Ataukah anda mau tidak apa-apa miskin (tidak banyak uang) yang penting hidup bahagia?
Atau….apakah anda mau menjadi orang kaya dan bahagia?
Tentu kalau saya memilih yang terakhir, yaitu menjadi orang kaya dan bahagia plus dermawan. Selamat berjuang mencari uang dan kebahagian hidup…..
SELAMAT HARI OEANG YANG KE-68……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H