Ajarin dong om... begitulah kata2 yang biasanya diucapkan ketika seseorang melihat sebuah karya foto yang bagus kepada sang empunya foto.
Fotografi itu adalah melukis dengan cahaya, bukan asal jepret! Semua ada ilmunya dan bisa dipelajari.
Belajar motret itu sama persis belajar melukis: tetapi bukan berarti membeli kanvas dgn ukuran sama, membeli kuas dgn merk sama, membeli cat dgn warna yg sama dan bahkan melukis obyek sama akan menghasilkan sebuah lukisan yang sama bagusnya.
Apakah hasilnya sama? Tentu tidak. Peralatan / gear tidak menentukan hasil karya seni. Ada satu yang tidak bisa dibeli yaitu perasaan sang pelukis ketika melukis. Perasaan inilah yang membuat lukisannya bagus dan hanya bisa didapat dengan SLR.
SLR, apaan tuh? SLR:Â Skill, Learn & Respect
Skill: kemampuan dan bakat. Tanpa dua hal ini, biasanya merupakan kendala yang besar bagi seseorang yang ingin jadi fotografer. Fotografi adalah seni sehingga kemampuan dan bakat seni merupakan syarat mutlak. Jadi jika anda tidak punya ini, maaf fotografi bukan jalan hidup anda. Mungkin anda bisa memotret tapi hasilnya tidak akan pernah bisa sebagus orang yang punya talenta seni. Saya sering banget denger cerita: sudah bertahun2 belajar motret tapi gak pernah bagus tapi ada orang yang baru dipinjemin kamera trus jepret eee hasilnya bisa lebih bagus daripada yg sdh belajar bertahun2. Inilah bakat! Gear tidak pengaruh.
Sedikit tips membeli kamera: jika pertama kali beli kamera, belilah "body only" kamera yang termurah di sebuah brand-nya dan belilah lensa yang bagus. Sekarang pada kebalik, belinya body kamera yang canggih tapi lensanya kit kan lebih baik bodynya murah tapi lensanya mahal. Bisa jadi kamu menghasilkan foto yang oke dgn kamera dan lensa yg muahal but no soul. Jadi periksa lagi, apakah kita punya bakat seni? Apakah kita punya kemampuan? Jika tidak tapi tetep pengen fotografer, ikuti tahap kedua yaitu: learn!
Learn: belajar! Fotografi tanpa belajar sama aja bohong. Harus seimbang antara ilmu dan praktek. Belajar akan menghasilkan pengetahuan (knowledge). But knowledge without skill is nothing! Harus seimbang ya. Saya agak banyak nemuin orang yang knowledge buanyaaak banget tapi hasil fotonya dikiiiit banget (hemat kali ya). Jangan cuman teori tapi harus praktek.
Salah satu cara belajar fotografi yang paling baik ya motret. Memotret apapun yang ada disekeliling kita sehari2. Saran saya ketika pertama kali belajar motret / pertama kali beli kamera adalah jangan memotret model / cewek2 dulu (ini buat cowok2), kenapa? karena model itu sesuatu yang indah untuk diabadikan, bayangin aja baru belajar motret udah motret sesuatu yang indah2 dimata. Ya kalo bagus, kalo nggak gimana? pastilah kamu stress dan frustasi krn hasilnya gak pernah bagus lama kelamaan kamu gak akan belajar lagi. Saran saya belajar motret dari hal2 yang ada disekeliling kita sehari: sekitar kamar: bantal, guling dll - sekitar rumah: gelas, piring, halaman, jalan, tanaman, batu, binatang, kendaraan dll. Kalo kamu udah bisa motret benda2 biasa bahkan jelek tapi terlihat indah, saat itulah kamu mulai bisa menyebut diri fotografer :D
Seorang maestro fotografi Indonesia asal Jogja, Agus Leonardus berkata  pada saya: Kalo ada perempuan cantik trus difoto dan hasil fotonya cantik, itu motretnya bener apa salah hayoo? Jawabannya: SALAH! Kenapa? Lha wong sudah cantik ya pasti cantik, kecuali di foto jadi jelek nah itu keliru motretnya. Tapi jika kamu memotret seorang wanita yang berparas biasa bahkan jelek katakanlah dan hasil fotonya cantik, itulah fotografer yang sebenarnya. Ini lho yang saya maksudkan dengan jangan motret model dulu, tapi hal ini gak berlaku bagi orang yang memang belajar foto hanya untuk "mengkoleksi" foto2 cewek, peace... :D