Mohon tunggu...
Dewanto Nugroho
Dewanto Nugroho Mohon Tunggu... -

Mantan penulis naskah iklan ...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jurnalisme Apaan??!!!

18 Desember 2009   09:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:53 1958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua orang (mungkin bisa dikatakan 19 dari 20 orang) menyambut gembira hadirnya berbagai forum penulisan di media maya. Berbagai milis, forum, ajang diskusi dan (tentu saja) blog pun diserbu orang. Aneka macam tulisan, dari yang sekadar remeh-temeh urusan 'gak penting' seperti kaki kesemutan sampai yang urusan nasional layaknya pidato presiden bermunculan. Penulisnya bisa siapa saja karena kebanyakan tidak dibatasi. Ada yang mengaku pelajar biasa, guru, petugas warnet..., tapi ada juga yang pengamat politik ternama dan memang terbiasa menulis. Muncul kemudian istilah Citizen Journalism. Intinya, berita (atau pesan secara umum) tidak lagi semata datang dari mereka yang berprofesi di dunia jurnalisme, seperti wartawan a.k.a jurnalis alias reporter. Siapa saja (berarti seluruh rakyat/warga negara) tak pandang tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, tinggi-pendek, pria-wanita bisa dan punya hak untuk membuat pelaporan/jurnalisme sendiri. Unsur "pelaporan" jelas perlu dikedepankan di sini. Sebelumnya perlu juga ditambahkan "pengumpulan". Masalahnya, begitulah adanya prinsip jurnalisme; ada unsur pengumpulan (data/fakta), disusul kemudian dengan pelaporan (kepada khalayak). Kompasiana Bicara citizen journalism, kini hampir setiap orang menunjuk kompasiana.com. Seorang penghuni dunia maya yang tak jelas identitasnya, dengan gaya sok tau berucap di sebuah forum, "baca tuh 'kompasiana.com. Itu yang namanya citizen journalism." Berbekal suara-suara dari kiri-kanan dan depan-belakang yang nadanya seperti itu pula saya ikutan mengklik 'blog raksasa' ini. Katanya, selain merupakan contoh citizen journalism yang sesungguhnya, kompasiana.com merupakan tempat sejumlah tokoh menuangkan pemikiran mereka. Jadi, begitu kata seorang kawan di milis periklanan, kompasiana.com jelas lebih punya bobot, greget dan gengsi. Di sinilah, katanya, para tokoh menulis (sambil menyebutkan nama beberapa tokoh, termasuk ketua partai yang dulunya petinggi militer dan sederet nama tokoh ekonomi serta politik). Semangat saya cukup menggebu saat pertama menggauli kompasiana.com.Gara-gara semangat itu pula, pada 3 hari pertama saya sudah memproduksi 4 buah tulisan. Pada 3 hari tersebut pula saya berkesempatan menikmati sejumlah tulisan. Akan tetapi, 3 hari ternyata menjadi durasi maksimal yang saya butuhkan untuk mencapai titik nadir hubungan saya dengan kompasiana.com. Hari-hari berikutnya, saban melihat munculnya tulisan baru di blog ini, saya justru mengelus dada sambil bertanya-tanya dalam hati: "mana jurnalisme-nya??" Dari waktu ke waktu, tulisan yang muncul adalah opini; bukan dari pengamat atau tokoh terpandang, namun dari seseorang yang identitas aslinya pun tak berani diungkapkan. Lebih menyedihkan, yang tak kalah deras membanjir adalah curhat, pelampiasan uneg-uneg, tulisan emosional. Adakah nilai jurnalistik dalam tulisan-tulisan tersebut? Apakah tulisan berpandangan sempit soal film "2012" dapat disebut jurnalisme? Apakah caci-maki seorang anak sekolah pada Luna Maya dapat dikategorikan karya jurnalistik? Atau, di mana pula sentuhan jurnalisme pada tulisan seseorang yang mengaku bernama cahyafajar yang ikut-ikutan minta Sri Mulyani nonaktif dari jabatannya? Saya khawatir, yang tidak hadir dalam tulisan-tulisan tersebut bukan hanya unsur 'pengumpulan' dan 'pelaporan' tapi banyak hal lain. Misalnya saja kemampuan/penguasaan bahasa. Kenyataannya, banyak yang masih menulis "disamping", padahal seharusnya "di samping". Tidak sedikit pula yang menulis "di masukan" dan bukan "dimasukkan". Tidak sedikit pula "penulis" yang tak paham kapan saatnya mesti berganti alinea. Namun, yang paling membuat orang mengelus dada tentu saja persoalan wawasan alias isi kepala. Menulis (mungkin) memang mudah. Tapi, menulis sesuatu yang kaya, jelas bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Jika menyepelekannya, akibatnya adalah seperti yang terjadi pada kompasiana.com. Curhat membanjir, opini merajalela; sementara penulisnya pun tak jelas kalibernya. Lantas, apa bedanya kompasiana.com dengan blog-blog pribadi serta forum yang kini banyak bertebaran? Citizen journalism merupakan sebuah terminologi hebat. Dia mendeskripsikan secara utuh sikap proaktif masyarakat dalam turut menyebarluaskan informasi. Tapi kalau yang disebarluaskan adalah curahan hati semata ditambah opini sempit, kayanya istilah citizen journalism kudu ditinjau lagi deh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun