"wati anak XI IPS 2?"
"iya.... Kalau perlu, setiap hari kamu temui dia dan bilang terima kasih padanya."
"kenapa?"
"hm... karena dia jelek." Jawabnya.
"maksud kamu?"
"kamu datangi dia setiap pagi sambil membawakan gorengan untuk sarapan dan bilang padanya -- terimakasih wati... sudah menjadi jelek."
"dih... kamu ko jahat gitu?"
"bukan jahat.... Masalahnya adalah kecantikanmu jadi dikenali orang karena ada pembandingnya, yaitu jelek... coba bayangkan jika tidak ada yang jelek, apakah kamu akan dikagumi sebagai orang cantik? Dengan adanya orang jelek macam wati, aku jadi bisa mengenali kecantikanmu lalu mengagumimu, dan jatuh cinta padamu... makanya orang jelek seperti wati harus kamu beri penghargaan"
"ih... dasar..." aku mencubitnya gemas.
Menjadi cantik dan berprestasi membuatku populer. Sejak di SMP aku selalu menjadi magnet mata siswa laki-laki, para siswa perempuan berlomba menjadi teman dekatku, bahkan para guru memberikan perhatian lebih terhadapku. yah.... Nasib anak cantik dan pintar memang begitu. Tak sedikit pula orang yang berkata bahwa hidupku ini sangat sempurna, karena selain cantik dan berprestasi, aku juga berasal dari keluarga yang berkecukupan, atau kaya mereka menyebutnya. Hampir semua hal yang diimpikan setiap orang, aku memilikinya.
Lantas, apakah itu semua menjamin bahwa aku bahagia? Tidak selalu. Kebahagiaan adalah keadaan batin. Dan batin tidak bisa kita nilai dari sesuatu yang tampak, dari berapa banyak yang kita miliki, dan dari apa saja yang telah kita capai. Tak banyak yang tahu bahwa aku sering merasa kesepian.Â