PSIKOLOGISEBAGAI KESEHATAN MENTAL
Psikologyberasal dariperkataan yunani pshyce yang artinya jiwa dan logos ilmu pengetahuan.jadi secara etimologipsikologi artinya ilmu yang mempelajaritentangjiwa ,baik mengenai macamÂ_-macamgejalanya,prosesnya maupun latarbelakangnya .dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa,terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa .nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaanya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior).
Psikologi sangatpenting bagi kesehatan mentaljasmani danrohani sesorang.aliran- aliran psikologi .
a.Aliran Strukturalisme
b.Psikologi Fungsionalisme
c.rental
d.Psikonalisis
e.Behavouralisme
f.Aliran psikologi Faali
Kesehatan mental seseorang sangat pentingbagi kelangsungan hidup setiap idividu,kesehatan mental yangbaik akan melahirkan jiwa yang baik dan kesehtan mentalyang buruk akan turamelahirkan jasmani yangburuk juga.setiap manusia pasti menginginkan jasmani dan rohani yang sehat ,akan tetapi hal itu akan bisa terwujud apabila setiap individu bisa menjaga kesehtan mental tersebut dengan baik dan mentaati setiap aturan yang berlaku baik aturan yang datang dari Alloh maupun aturan yang dibuat oleh manusia.tatkala Alloh meberikan aturan kepada manusia maka manusian itu harus menaati ,ketikamanusiaa menaati itu maka secra tidak langsung jasmani maupun rohani seseorang sudah bisa dikatakan sehat,walaupun belum maksimal.salah satu contoh yang paling urgen perempuan harus menutup AURAT,baik ketika berada dirumah maupun keluar rumah,akan tetapi banyak wanita yang tidak menaati aturan tersebut berate secara tidak langsungjasmani dan roahni mereka tidak sehat,begituhlah kehidupan dunia kadang aturan yang dibuat oleh dengan mudahnya dilanggar oleh manusia,nda apa-apalah asalkan tidak smunya karena setiap manusia mempunyai kekurangan,asalkan setiap menjalakan perintah Alloh setiap hari he he,mental dan jiwa itu berbedatidak ya, Pasti berbeda ya?
a.Mental
Proses mental, fungsi mental dan proses kognitif adalah istilah-istilah sering digunakan secara bergantian (walaupun tidak selalu benar demikian, istilah kognitif cenderung memiliki implikasi khusus - lihat kognitif dan kognitivisme) yang berarti fungsi atau proses sebagai persepsi, introspeksi, memori, kreativitas, imajinasi , konsepsi, keyakinan, penalaran, kemauan, dan emosi-dengan kata lain, semua hal yang berbeda yang bisa kita lakukan dengan pikiran kita. Sebuah contoh yang spesifik untuk terlibat dalam proses kognitif adalah peristiwa mental. Peristiwa mengamati sesuatu, tentu saja, berbeda dari seluruh proses, atau fakultas, kemampuan persepsi-seseorang untuk merasakan sesuatu. Dengan kata lain, sebuah contoh dari mengamati berbeda dari kemampuan yang membuat contoh-contoh mungkin.
b.Jiwa
Kata jiwa ditilik dari akar kata bahasa Arab, yaitu kata al-nafs. Al-nafs (nun-fa-sin) menunjukkan arti keluarnya angin lembut bagaimana pun adanya. Al-nafs juga diartikan darah, atau hati (qalb) dan sanubari (damir), padanya ada rahasia yang tersembunyi. Juga berarti ruh, saudara, ‘indahu (kepemilikan) . Dalam al-mu’jam al-falsafy, kata al-nafs diartikan dengan merujuk kepada tiga versi pendapat; Aristoteles, dengan permulaan kehidupan (vegetative), Kelompok Spiritual (al-ruh iyyun) mengartikannya sebagai jauhar (substansi) ruh, dan yang lainnya mengartikan sebagai jauhar (substansi) berfikir.
Dalam filsafat, pengertian jiwa diklasifikasi dengan bermacam-macam teori antara lain:
·Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan substansi yang berjenias khusus, yang dilawankan dengan substansi materi, sehingga manusia dipandang memiliki jiwa dan raga.
·Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan suatu jenis kemampuan, yakni semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan.
·Teori yang memandang jiwa semata-mata sebagai sejenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup.
·Teori yang menyamakan pengertian jiwa dendang pengertian tingkah laku.Dari uraian di atas dapat dipahami bahwasanya jiwa kadangkala diartikan sebagai sesuatu yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri manusia, tampak dan tidak tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti sebagai sesuatu yang berbentuk non-materil, yang mengalir pada diri fisik manusia sebagai jauhar (substansi), substansi ruh ataupun substansi berfikir.
Dalam psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang diselidiki oleh psikologi adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-gejala dari jiwa. Teori-teori psikologi, baik psikoanalisa, behaviorisme maupun humanisme memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada dibelakang tingkah laku
Para filosof Yunani termasuk Aristoteles tampaknya memahami jiwa sebagai sesuatu yang sulit digambarkan secara materiil, sebagai sesuatu yang membutuhkan ruang dan tempat. Ia bersifat gradual dan tercecer ke mana-mana yang tidak punya ukuran sama sekali. Tetapi ia ada pada setiap makhluk yang punya roh, dan memiliki fungsi dalam gerak makhluk. Sesuatu yang tidak memiliki fisik tetapi punya fungsi.
Di kalangan ahli sufi, nafs diartikan sesuatu yang melahirkan sifat tercela. Al-Ghazali, misalnya menyebut nafs sebagai pusat potensi marah dan syahwat pada manusia dan sebagai pangkal dari segala sifat tercela. Pengertian ini antara lain dipahami dari hadits, musuhmu yang paling berat adalah nafsumu.
Sedangkan menurut al-Qusyairi, ruh, jiwa, dan badan adalah satu komponen (jumlah) yang membentuk manusia, yang sebagiannya tunduk kepada sebagian yang lain. Di kalangan ulama ahlu sunnah, terkadang mereka sepakat tentang jiwa dan ruh dalam satu aspek, tetapi ia berbeda pada aspek yang lain. al-Qusyairy mencontohkan, Ibnu Abbas dan Ibnu Habib keduanya sepakat bahwa ruh adalah kehidupan atau sumber kehidupan. Keduanya juga sepakat bahwa jiwalah yang diwafatkan saat manusia sedang tidur.
Tetapi menurut Ibnu Habib jiwa adalah syahwatiah (kesyahwatan) yang merasakan kelezatan dan merasakan sakit, Sedangkan Ibnu Abbas menganggapnya sebagai akal yang mengetahui, membedakan dan memerintah. Pendapat keduanya tentang jiwa yang diwafatkan saat manusia tidur ditentang oleh sebagai muh}aqqiq ahlu sunnah yang berpendapat bahwa rohlah yang berpisah dan terangkat saat manusia sedang tidur dan bukan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H