Mohon tunggu...
Toni Hermawan
Toni Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 UIN Sgd Bandung | Content Creator | Public Speaker | Content Writer | Journalist

Saya merupakan Mahasiwa Aktif S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Tugu Jogja Memiliki Jejak Sejarah yang Memukau

26 Juli 2024   14:31 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:34 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil saat mengunjungi Tugu Jogja (Dokpri)

Tugu Jogja merupakan sebuah ikon pariwisata dari kota Yogyakarta. Jogja dikenal sebagai tempat wisata favorit, tentunya Jogja menawarkan berbagai macam objek wisata unggulan yang wajib sobat  kunjungi ketika berada di kota pelajar ini. Tugu Jogja yang merupakan salah satu ikon utama Yogyakarta. Tugu Jogja ini berada di tengah perempatan antara Jl. A.M Sangaji (Arah Monjali), Jl. Jendral Sudirman (Arah Museum Dharma Wiratama), Jl. Mangkubumi (Arah Malioboro), dan Jl. Diponogoro.

Kota Jogja yang sarat akan kekayaan sejarahnya di masa lampau ini pun memiliki landmark kota yang terkenal, yaitu Tugu Jogja. Tugu Jogja menjadi simbol kebanggaan dan identitas kota ini, mengingatkan akan kejayaan dan keindahan budaya serta warisan sejarah yang dimilikinya.

Dilansir dari laman Blog Pasar Kota Gede YIA : Sejarah Tugu Jogja

Tugu Jogja dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamangku Buwono I, pendiri keraton Yogyakarta. Tugu memiliki nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis karena menghubungkan Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Pada saat awal berdiri, secara tegas bangunan menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, yaitu semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajah.

Semangat persatuan tersebut atau yang disebut golong gilig tergambar jelas pada bangunan tugu. Tiang Tugu berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), akhirnya tugu disebut Tugu Golong-Gilig.

Pada saat awal dibangun, Tugu berbentuk silinder yang menggkerucut di atas, bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar, dan bagian puncaknya berbentuk bulat. Saat itu, ketinggian tugu golong gilig mencapai 25 meter. Pada 10 Juni 1867, kondisi tugu berubah total, yang mana saat itu terjadi bencana gempa bumi besar yang mengguncang Yogyakarta. Kondisi tersebut membuat bangunan Tugu runtuh. Saat runtuh inilah, bangunan Tugu dalam kondisi transisi, karena makna persatuan tidak tercermin dalam bangunan Tugu.
Pada 1889, keadaan Tugu berubah. Ketika pemerintah Belanda merenovasi seluruh bangunan Tugu, bangunan dibuat dengan bentuk persegi yang setiap sisinya dihiasi semacam prasasti. Bagian tersebut menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi tersebut. Renovasi tersebut merubah bentuk Tugu dari bentuk awal Bagian Tugu tidak lagi bulat melainkan berbentuk kerucut yang runcing. Sejak saat itu, Tugu disebut sebagai De White Paal atau Tugu Pal Putih. Ketinggian tugu menjadi 15 meter atau lebih rendah 10 meter dari bentuk semula.

Dokumentasi Papan Informasi Tuga Jogja (Dokpri)
Dokumentasi Papan Informasi Tuga Jogja (Dokpri)

Disebalah bagian Timur kita disuguhkan papan informasi terkait sejarah tulisan Yogyakarta yang bertuliskan :
Tugu merupakan salah satu atribut penting dari Nominasi Warisan Dunia UNESCO. Terletak dari bagian paling utara dari kawasan nominasi di ujung Jalan Morgoutomo. Tugu yang sekarang merupakan peganti dari dari tuggu Gelong Gilig yang hancur karena gempa bumi pada tahun 1867.


Dokumentasi Miniatur Gelong Gilig (Dokpri)
Dokumentasi Miniatur Gelong Gilig (Dokpri)

Selain papan informasi terkait Tugu Joga juga terdapat miniatur Tugu Golong Gilig, sobat bisa sambil ber foto-foto atau sekedar melihat miniatur kecil di hamparan terbuka.


Dilansir dari laman Kompas.com, 

Tugu Golong Gilig dibangun setahun setelah Yogyakarta berdiri, tepatnya pada tahun 1756.
Bentuk sederhana dari Tugu Golong Gilig ternyata memiliki makna semangat persatuan antara rakyat dengan rajanya. Tugu Golong Gilig juga menjadi simbol atas filosofi Jawa yaitu Manunggaling Kawula Gusti yang bukan hanya berarti menyatunya rakyat dengan penguasa, tetapi juga menyatunya manusia dengan kehendak Sang Pencipta. Tak hanya sebagai monumen atau landmark, bulatan atau gilig pada puncak tugu digunakan sebagai titik pandang ketika Sri Sultan sinawaka (meditasi) di Bangsal Manguntur Tangkil yang ada di Siti Hinggil Lor,Keraton Yogyakarta.

Cara Pergi ke Tugu Jogja
Salah satu transportasi yang bisa digunakan untuk menuju ke Tugu Jogja dari Bandara YIA. Sobat bisa menggunakan kereta bandara YIA dari Stasiun Bandara YIA dan berhenti di Stasiun Yogyakarta.

KA Bandara YIA menyediakan dua opsi pelayanan, yakni Xpress dan Reguler. Bedanya terletak pada rute yang ditempuh.

Harga Xpress: Rp 50.000
Harga Tiket YIA Reguler :
Stasiun YIA-Stasiun Yoyakarta : Rp 20.000
Stasiun YIA-Stasiun Wates : 10.000
Stasiun Yogyakarta-Stasiun Wates : Rp 10.000

Adapun waktu tempuh yang dibutuhkan sekita 1 jam 19 menit untuk sampai ke Stasiun Yogyakarta. Untuk harga tiket, sobat cukup membayar Rp. 20.000. Jika sobat sudah sampai di Stasiun Yogyakarta, sobat bisa lanjut naik becak, ojek online, atau bahkan cukup jalan kaki saja ke arah utara melewati Jalan P. Mangkubumi sobat bisa sampai di Perempatan Tugu Jogja sekitar 15 menitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun