Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memetik Pelajaran dari Duka Aldelia Rahma

26 Mei 2024   11:02 Diperbarui: 26 Mei 2024   11:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Duka mendalam kita rasakan atas meninggalnya Aldelia Rahma (10), siswi kelas IV SD Negeri 10 Nagari III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Padang Pariaman pada Selasa (21/5/2024). Aldelia meninggal setelah dirawat selama hampir tiga bulan di RSUP Dr. M. Djamil, Kota Padang, Sumatera Barat. Gadis kecil yang juga menderita gizi buruk itu, mengalami luka bakar hingga 85 persen di tubuhnya akibat dirundung teman sekelasnya.

Petaka yang menimpa Aldelia bermula ketika ia ikut kerja gotong royong di sekolahnya. Saat membakar sampah di belakang sekolah, temannya berinisiatif membawa bahan bakar dalam kemasan botol karena nyala api yang ada tidak begitu besar.  Tak disangka, botol kemasan bahan bakar itu direbut temannya yang lain, berisial R dan menyemprotkannya ketubuh Aldelia. Angin kencang yang berhembus mengakibatkan api menyambar dada hingga kaki Aldelia. Upaya pertolongan dilakukan guru dan kemudian membawanya ke puskemas terdekat. Puskemas merujuknya ke rumah sakit yang lebih memadai hingga ke RSUP Dr. M. Djamil, Kota Padang. Sempat dipulangkan dan rawat jalan. Namun, akhirnya meninggal RSUP Dr. M. Djamil, Kota Padang setelah kembali menjalani perawatan. (Kompas, 25/5/2024).

Belajar dari malapetaka tersebut, ada pelajaran yang dapat dipetik agar peristiwa serupa tidak terulang lagi. Ini pelajaran sangat berharga bagi kita semua, termasuk pihak sekolah.

Pertama, tujuan dan sasaran kerja bakti/ gotong-royong. Sebelum kerja gotong royong dimulai, guru perlu memberikan penjelasan tentang tujuan bergotong royong. Hal ini akan mengajarkan bahwa semua kegiatan yang kita lakukan harus memiliki tujuan dan sasaran. Sekalipun peserta kerja bakti/gotong royong siswa sekolah dasar, tujuan dan sasaran kerja bakti/ gotong royong perlu disampaikan. Tentunya hal ini akan memberi pelajaran betapa pentingnya tujuan dan sasaran suatu kegiatan. Dengan mengetahui tujuan dan sasarannya, peserta kerja bakti/gotong royong akan memiliki pemahaman dan langkah serta tanggung jawab bersama dalam aktivitas kerja bakti/gotong royong yang dilakukan.

Kedua, penjelasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan (do and not to do). Sebelum melakukan kerja bakti/gotong royong di sekolah, guru wajib memberikan penjelasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini tentu sesuai dengan tempat/lokasi, waktu kegiatan dan situasi-kondisinya. Kerja bakti/gotong royong dalam ruangan, tentu beda dengan di luar ruangan. Kerja bakti/gotong royong di waktu pagi, tentu beda dengan di siang hari. Demikian juga kerja bakti/gotong royong pada situasi-kondisi ramai, berbeda pada situasi-kondisi yang sepi. Masing-masing tempat, waktu dan situasi-kondisi memiliki karakteristiknya sendiri berkenaan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Ketiga, buat kelompok dan beri tanggung jawab. Sebelum melakukan kerja bakti/gotong-royong, sebaiknya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Tentukan masing-masing kelompok itu penanggung jawabnya. Masing-masing kelompok bertugas di lokasi yang ditentukan. Hal ini bukan saja mengajarkan tanggung jawab, tetapi juga kepemimpinan.

Keempat, hindarkan barang dan bahan/alat berbahaya. Pada tahap ini, guru dapat memberikan penjelasan tentang adanya barang dan bahan/alat yang dapat membahayakan diri dan teman atau secara bersama-sama saat kerja bakti/gotong royong. Bila memang harus menggunakan barang atau bahan/alat berbahaya, tentukan siapa saja yang boleh menggunakannya. Dan penggunaannya harus dalam pengawasan yang ketat.

Kelima, lakukan pendampingan/pengawasan jalannya kerja bakti/gotong royong. Pendampingan/pengawasan penting dilakukan, di samping agar pelaksanaan kerja bakti/gotong royong berjalan baik dan mencapai tujuan serta sasaran, tetapi juga akan memberikan semangat kerja bakti/gotong royong para siswa. Hal ini karena saat guru berada bersama para siswa di lokasi kerja bakti/gotong royong, siswa akan merasakan aura kebersamaan dan keteladanan.  Hal penting yang tidak boleh luput dalam hal pendampingan/pengawasan adalah juga mengawasi secara khusus siswa yang hiperktif atau memiliki potensi membuat masalah. Ini alamiah, karena ketika siswa berkumpul, ada saja yang usil atau mengusili teman-temannya. Barangkali memang bercanda, tetapi kadang ada canda yang berpotensi membahayakan.

Demikian kiranya lima hal yang patut menjadi perhatian kita bersama, khususnya para guru di sekolah saat mengadakan kerja bakti/gotong royong. Kerja bakti/gotong royong merupakan kegiatan yang positif, membangun kerja sama dan kebersamaan, di samping juga kebersihan dan keindahan. Oleh karenanya, persiapan dan pendampingan/pengawasan dalam pelaksanaannya sudah merupakan hal yang harus dilakukan. Semoga kematian Aldelia Rahma menjadi duka terakhir dan tak terulang kembali dalam kegiatan bersama di sekolah.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun