Kecelakaan tragis bus pariwisata kembali terjadi. Kali ini menimpa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, Jawa Barat di Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Kecelakaan itu mengakibatkan 11 orang tewas, 19 orang luka berat dan 31 orang luka ringan. Â Diduga bus pariwisata yang membawa rombongan kegiatan perpisahan itu mengalami rem blong.
Di media sosial, netizen ramai berkomentar. Tak sedikit yang menyalahkan pihak sekolah, pihak penyelenggara/event organizer (EO), dan juga pengelola bus pariwisata.Â
Mengapa kegiatan perpisahan itu diadakan di luar kota, bukannya cukup di sekolah saja? Bagaimana pertanggungjawaban pihak penyelenggara yang tidak profesional? Dan bagaimana pula pihak pengelola bus pariwisata, termasuk kru bus yang tak jarang ugal-ugalan dalam mengemudikan busnya?
Kita tentu turut berduka atas musibah kecelakaan itu dengan harapan semoga yang meninggal mendapat tempat mulia di sisi-Nya, yang terluka dapat segera pulih dan orang tua/kerabat korban sabar dan tabah dalam menerima musibah ini.
Melarang dan menghentikan kegiatan wisata sekolah, apakah itu dalam rangka perpisahan, study tour atau kegiatan semacamnya tidaklah akan menyelesaikan masalah.Â
Kegiatan semacam itu akan tetap ada. Hal itu karena keinginan dan juga kebutuhan manusia dalam bersosialisasi melalui kegiatan dalam bentuk wisata bersama akan terus ada. Tumbuh dan berkembang sesuai naluri dasar manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk yang selalu hidup bersama dengan manusia lain. Makhluk manusia yang tidak dapat hidup sendiri, melakukan kegiatan sendiri, tanpa adanya keterlibatan orang lain.
Lalu bagaimana kita menyikapinya? Tentu kita harus berusaha meminimalisir risiko, bahkan bila memungkinkan menghilangkan risiko yang ada. Kita tahu bahwa kegiatan wisata sekolah bersama ada risiko yang dapat ditimbulkannya. Di sisi lain, kegiatan semacam itu tentu juga memiliki sisi positif, semisal membangun kebersamaan, pertemanan, dan persahabatan, selain nilai edukatif lainnya.
Berikut kiranya upaya yang dapat meminimalisir risiko dan dapat dipertimbangkan pihak sekolah ketika akan mengadakan kegiatan wisata bersama. Pertama, kegiatan wisata merupakan keputusan bersama. Orang tua/wali murid harus terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan yang akan diadakan. Undang orang tua/wali murid, musyawarahkan berbagai hal yang menyangkut kegiatan tersebut.Â
Tujuan, lokasi, biaya, penyelenggara dan sebagainya harus menjadi keputusan bersama. Memang membutuhkan waktu dan juga kesabaran dalam musyawarah tersebut. Namun, hal ini sangat penting untuk dilakukan secara bersama-sama sebagai landasan penyelenggaraan kegiatan. Selain itu, tak kalah penting juga melakukan koordinasi/izin/pemberitahuan kepada pihak dinas pendidikan setempat.
Kedua, tentukan EO yang handal dan kredibel. Pada tahap ini, undang sebanyak mungkin EO, kemudian persilakan mereka melakukan presentasi di hadapan guru dan orang tua/wali murid. Saat kita menetukan EO, pastikan yang bersangkutan handal dan kredibel serta berpengalaman menyelenggaralan kegiatan. Jangan pilih EO hanya karena murah atau mempunyai kedekatan personal. Cek pula surat-surat perizinannya.
Ketiga, pastikan kelayakan bus pariwisata. Kelayakan bus sebagai sarana berwisata bukan saja menyangkut kondisi keamanan bus, tetapi juga kenyamanan bagi penumpangnya. Untuk itu, periksa surat-surat bus dan kondisi bus dari ban, spion, rem dan sebagainya.