Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia Membutuhkan Banyak Entrepreneur

17 Juni 2014   15:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:24 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Guru dan karyawan SMA PKP Jakarta Islamic School Jumat (21/3) berkesempatan berkunjung ke rumah makan Pampallasa, Cibitung, Bekasi. Kunjungan ini sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan SMA PKP Jakarta Islamic School mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008. Dan, ini bukan kunjungan dan rasa syukur biasa, yang sekedar makan-makan, tetapi ada yang istimewa. Pasalnya, di sana, guru dan karyawan tidak sekedar mendapat santap siang dengan menu memuaskan, tapi juga mendapatkan pembelajaran entrepreunership dari pemilik usaha rumah makan tersebut.

Adalah H. Bambang Ruslan, asal Jombang, si empunya rumah makan. Rumah makan yang ditata dengan apik itu adalah tempat usaha yang kesekian, selain usaha klinik dan rumah sakit. Dalam paparannya, H. Bambang menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan banyak entrepreuner agar mampu bergerak menjadi negara maju. Pasalnya, kini Indonesia hanya memiliki 0,8 % entrepreuner. Bandingkan dengan tetangga kita Malaysia (2%), dan Cina (12%) yang menjadi kekuatan ekonomi kedua dunia setelah Amerika Serikat.

Untuk menjadi seorang entrepreuner sukses, menurut H. Bambang Ruslan, maka seseorang harus memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, mental juara. Mental juara harus menjadi bagian dari pribadi seorang entrepreuner yang ingin maju. Mental juara bisa tumbuh bila kita memiliki sikap mental positif. Kalau ada orang sukses. “Oh, itu karena saudaranya kaya. Oh, itu karena banyak uang.” Buang jauh-jauh pendapat semacam ini. Tanamkan bahwa ia sukses karena memiliki mental juara. Oleh karena itu, kita harus selalu belajar dan belajar. Belajar dari pengalaman sendiri, belajar dari pengalaman orang lain. Jadikan kegagalan dan rintangan sebagai tantangan. Memiliki jiwa pantang menyerah, jangan menyerah ketika jatuh. Ketika jatuh, harus segera bangun. Itulah mental juara yang harus menjadi nafas hidupnya.

Kedua, pandai membaca peluang. Seorang entrepreuner harus pandai membaca peluang yang ada. Peluang sekecil apapun harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Tidak membuang kesempatan yang ada adalah kebiasaan yang harus tertanam dalam diri seorang entrepreuner. Bila kita akan memulai usaha saat ini, ada beberapa peluang bidang usaha yang sangat menguntungkan. Dengan mengutip Faisal Basri, ekonom terkemuka Indonesia, H. Bambang menyatakan bahwa sampai dengan tahun 2017, bisnis yang prospektif adalah bisnis di bidang kesehatan, pendidikan, kuliner dan properti.

Ketiga, pelajari pasar. Bisnis memang resiko. Ketika kita berbisnis, jangan hanya memikirkan untung dan jangan biasakan hidup konsumtif. Ada dana, investasikan. Untuk bisa berinvestasi secara menguntungkan maka pelajari pasar. Amati tren perilaku konsumen dengan cermat. Amati kecenderungan-kecenderungannya.

Keempat, memiliki keterampilan, terutama management skill. Keterampilan ini mancakup keterampilan mendapat dan mengolah data; keterampilan merumuskan tujuan berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan; keterampilan merumuskan tujuan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif; keterampilan merumuskan strategi pemasaran; dan terakhir keterampilan melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.

Kelima, memiliki jiwa leadership, kepemimpinan. Seorang entrepreuner adalah juga seorang pemimpin. Bila ada anak buah yang berprestasi, maka berikanlah ia reward. Dan kepada anak buah yang berkinerja buruk, maka berilah punishment. Entrepreuner bukanlah psikolog yang bisa menganalisis sebab-musabab suatu perilaku bawahan. Bila ada anak buah yang tidak bisa dibina, maka segera putuskan. Hal ini berbeda dengan psikolog yang akan mencari sebab-musabab dan kemudian memecahkan masalahnya.

Berkaitan dengan leadership ini, H. Bambang Ruslan memaparkan filosofi kepemimpian jari tangan. Menurut mantan General Manajer PT Garuda Food ini, jari tangan kita telah memberikan pembelajaran kepemimpinan kepada kita.

1.Ibu jari. Posisinya ada di bawah bila tangan kita buka. Artinya, seorang pemimpin harus rendah hati. Ibu jari ukurannya besar, artinya seorang pemimpin harus lebih kaya. Oleh karenanya, wajar jika  gajinya lebih besar. Ibu jari juga bisa menyentuh seluruh jari yang lain, artinya seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dan menjalin kerjasama dengan siapapun.

2.Jari telunjuk. Jari yang biasa untuk menunjuk. Artinya, pemimpin harus memberi arah yang akan dituju bagi orang yang dipimpinnya.

3.Jari tengah, jari yang paling tinggi/panjang.  Artinya, seorang pemimpin harus memiliki ilmu yang paling tinggi, selain juga harus adil karena posisinya ada di tengah. Dengan ilmunya, ia mampu menganalisis peluang yang ada.

4.Jari manis. Jari manis tempat cincin berada.  Seorang pemimpin harus berjiwa humoris. Pendekatan humoris bukan hanya pada tugas dalam melaksanakan pekerjaan. Seimbangkan antara tugas dan sentuhan kemanusiaan.

5.Jari kelingking. Bentuknya kecil sehingga lincah. Seorang pemimpin harus pandai menciptakan peluang dan memanfaatkannya.

Hal yang tidak kalah penting menurut H. Bambang Ruslan dari seorang entrepreuner adalah pendiriannya terhadap pengabdian. Seorang entrepreuner, bukanlah mengabdi kepada suatu lembaga. Ia lebih mengabdi pada profesinya sebagai seorang entrepreuner. Bagi beliau, sukses adalah proses, bukan tujuan. Mensyukuri apa yang ada. Jangan membiasakan menjadi orang yang meminta-minta. “Jadilah orang yang memberi. Jadilah seorang petarung,” pesannya pada akhir paparan yang disambut tepuk tangan meriah guru dan karyawan SMA PKP Jakarta Islamic School. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun