Mohon tunggu...
Tonang Dwi Ardyanto
Tonang Dwi Ardyanto Mohon Tunggu... Dokter - Akademisi dan Praktisi Pelayanan Kesehatan

Dosen, Dokter, ... Biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mari Jaga Pendulum JKN...

19 April 2016   07:41 Diperbarui: 19 April 2016   08:03 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Evolusi"][/caption]Pagi ini, seorang teman mengingatkan salah satu perdebatan utama selama 2 tahun pertama JKN bahwa JKN telah mengabaikan sisi safety. Bila ditlik, memang Layanan Kesehatan mengalami evolusi paradigma. Berawal dari mengejar apa yang "terjangkau", kemudian mulai berpikir soal "yang lebih baik" (kualitas). Disusul dengan bagaimana menggabungkan keduanya agar tercapai efektitivitas. Masuk kemudian isu soal mediko-legal, yang akhirnya mendorongkan ke paradigma sekarang: Kendali Mutu Kendali Biaya.

Pada dasarnya Kendali mutu adalah soal Patient Safety. Kendali Mutu berbasis pada Standar Pelayanan Kedokteran. Standar itu sendiri berbasis pada healthcare safety. Untuk menajamkan dan memayungi upaya healthcare safety, maka difokuskan pada Patient Safety. Tentu saja, sebenarnya ada sisi-sisi lain yang mengiringi Patient Safety seperti juga Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi semua orang yang berada, beraktivitas dan mendapatkan layanan di rumah sakit (RS). Diskusi tentang hal tersebut, tentu saja panjang.

[caption caption="Beda perspektif"]

[/caption]Sisi mutu juga berjalan "dinamis". Alam sudah berusaha mengingatkan kita sejak ada Akreditasi versi "lama" disusul versi baru di 2012. Sudah ada Permenkes 1438/2010, dan kita masih terus berusaha melengkapi upaya menuju mutu itu.  Masuk 2014, dengan JKN, Kendali Mutu dan Kendali Biaya seolah "lahir kembali" dari sebelumnya sudah ada. Harus diakui, pada 2 tahun pertama, kita lebih berfokus pada Kendali Biaya (KB) daripada Kendali Mutu (KM). Ini juga bukan tanpa alasan. Sebelum era JKN, entah berapa lama, kita seolah terlena dalam menjalankan KMKB. Kita seolah ingin mengatakan "mutu itu tidak murah", sampai-sampai muncul ungkapan "minta selamat kok maunya murah". Ujung-ujungnya, biaya pelayanan kesehatan membumbung tinggi. Muncul kemudian ungkapan: orang miskin dilarang sakit.

Begitulah sehingga 2 tahun pertama JKN, kendali biaya yang menjadi ukuran. Pendulum layanan yang semula terlalu jauh ke satu sisi, didorong kuat menuju sisi yang berlawanan. 

Saking kuatnya dorongan itu, maka pendulum berbalik terlalu jauh: Kendali Biaya yang menjadi ukuran. Jelas banyak "orang miskin" yang tertolong. Tetapi tentu kita harus juga sadar bahwa pendulum itu terdorong terlalu jauh. 

Kita tersentak. Untunglah selalu ada anugerah dibalik "kegaduhan": Kita menjadi semakin perhatian dan fokus pada mutu. Melengkapi instrumen dan indikator, sebagai kemudi dalam bergerak bersama menuju tercapai dan terjaganya mutu pelayanan. Salah tolok ukur yang jelas: Standar Pelayanan Kedokteran dan implementasinya. Itu ukuran yang adil dan diterima bersama. Sekali lagi, karena jelas bunyinya: Kendali Mutu mendahului Kendali Biaya. Seharusnyalah pendulum itu, kita jaga agar kembali pada mendekati titik imbang. Selalu akan ada pergerakan dan dinamika, tetapi mendekati titik imbang adalah target kita bersama. 

Mari kita jadikan pengalaman 2 tahun pertama ini dalam bingkai: menemukan hikmah dibalik kegaduhan. Mari kita jadikan JKN sebagai berkah tersembunyi untuk mengingatkan kita bersama. Jelas tidak mudah, jelas banyak masalah. Kembali seperti bunyi Penjelasan UUD 1945, konstitusi kita, bahwa: pada akhirnya yang menentukan adalah Semangat Penyelenggaranya. Selama tujuan kita sama, maka perbedaan yang ada adalah ruang diskusi untuk saling memperbaiki. 

Demi Indonesia!

#SalamKawalJKN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun