Mohon tunggu...
Niki Tomi
Niki Tomi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kuliner's - true story

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bayar Pajak Jangan Dipersulit

24 September 2014   03:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:45 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang akan memberlakukan pembayaran pajak bermotor secara online seharusnya kita sambut dengan meriah. Kenapa harus meriah? Sebab tak ada yang lebih praktis soal bertransaksi kecuali via online (ATM), disisilain pelayanan public secara online memang sudah seharusnya ada di era modern, tak lagi manual – datang ke tempat dan mengantri kepanasan.

Saya pribadi sebagai pengguna motor beroda dua dan tertib bayar pajaknya sudah mulai berangan-angan tentang system pembayaran pajak bermotor online ini, walaupun realisasinya masih awal tahun 2015. Walaupun gedung samsat sudah ber-AC tapi tetap saja saya kurang nyaman, bukannya saya manja tapi prosesnya yang begitu lama, apalagi kalau pas antrianya panjang dan jam dinding menunjukkan pukul 12 dengan tertib dan disiplin semua loket pelayanan ditutup sampai pukul 13:00 (satu jam) karena karyawannya akan melaksanakan ibadah shalat dan makan siang. Wajar dan maklum, tapi akan berbeda jika system pembayarannya dilakukan oleh mesin (pembayaran online), mesin gak perlu shalat dan makan siang, sedangkan aktivitas bayar pajak terus berjalan tanpa hambatan.

Saya setuju pernyataan pak Ganjar (Gub Jateng), bahwa orang mau bayar pajak jangan dipersulit, administrasi gak perlu belibet-libet, ngisi form ini ngisi form itu. Sudah baik rakyat ingin bayar pajak malah dipersulit, eh bukan dipersulit tapi lebih tepatnhya di-perlama-lama (oleh system manual). Orang yang punya uang dan gak mau riweuh terpaksa menyewa jasa bayar pajak (calo). Hemm.

Beberapa daerah seperti Jawa Timur juga sudah berekpansi ke system pembayaran online (ATM), pun DKI. Hanya saja saya mengharapkan kalau bisa semua bank bisa diajak bekerjasama dalam program bayar pajak online, sehingga masyarakat jadi tidak males-malesan bayar pajak dan bukankah pendapatan negara paling besar berasal dari pajak? (walaupun tak sepenuhnya pajak bermotor)

Sekian uneg-uneg saya sehabis baca berita kompas ini.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun