Mohon tunggu...
tomy sujarwadi
tomy sujarwadi Mohon Tunggu... Penulis - jendela dunia

Menulis dan mengajar terutama tentang korupsi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lembaga Survei yang Menyesatkan akan Tenggelam

5 Mei 2018   14:32 Diperbarui: 5 Mei 2018   19:42 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (tribunnews.com)

Pada awal kemunculan lembaga survei yang independen sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia, selain sebagai tolak ukur untuk mengetahui calon pasangan yang menang dalam pemikihan tersebut. 

Secara tidak langsung telah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan cara yang baik. Tetapi berjalan seiring waktu, lembaga survei akhirnya ternodai oleh adanya segelintir lembaga survei yang mengaku indpenden, tetapi ternyata terindikasi menjadi salah satu tim sukses paslon yang bertarung, sehingga hasil survei yang dirilisnya menjadi tidak independen.

Kasus pilkada DKI Jakarta, bagaimana lembaga survei 'CP' yang dikomandai 'YW' melakukan survei yang dilakukan pada tanggal 7 hingga 12 April 2017. Hasil survei tersebut menyatakan elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 47,3 persen dan Anies-Sandi 44,8 persen. Dan hasil ini, ditanggapi oleh salah satu paslon dengan istilah 'lucu-lucuan".

Dan ini terbukti, ketika KPU DKI Jakarta mengumumkan hasil final real count yang menunjukkan pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta (Anies Baswedan-Sandiaga Uno) unggul di semua wilayah di DKI Jakarta. Dengan hasil akhir yang berbeda dengan survei yang dilakukan oleh"CP", di Jakarta Barat, Anies-Sandi unggul dengan persentase 52,8 persen. Sementara pesaingnya, pasangan calon (Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat) memperoleh 47,2 persen.

Di Jakarta Pusat, Anies-Sandi menang dengan persentase 57,7 persen dan Ahok-Djarot mendapat perolehan 42,3 persen. Kemudian, Anies-Sandi unggul dengan persentase 62,1 persen di Jakarta Selatan. Sementara itu, Ahok-Djarot mendapat perolehan suara 37,9 persen. Jakarta Timur, pasangan Ahok-Djarot yakni 38,2 persen. Pasangan Anies-Sandi  61,8 persen. Jakarta Utara, Anies-Sandi menang 52,7 persen dan Ahok-Djarot memperoleh 47,3 persen. Sedangkan di Kabupaten Kepulauan Seribu, Anies-Sandi unggul dengan perolehan suara 62 persen. Sementara Ahok-Djarot meraih 38 persen.

Berdasarkan hasil Situng, secara keseluruhan Anies-Sandi memperoleh 57,95 persen suara. Sementara itu, Ahok-Djarot meraih 42,05 persen. Pencoblosan putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2017.

sumber: portal Islam
sumber: portal Islam
Peristiwa ini, sebagai pelajaran bagi lembaga survei. Lebih baik bicara jujur, apakah lembaganya sebagai lembaga independen atau memang sudah dibayar oleh paslon tertentu, sehingga tidak menjadi boomerang dan merusak lembaga survei yang lain.

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga survei independen, akhirnya membuat masyarakat melakukan survei sediri. Kita bisa lihat di berbagai media sosial, muncul survei-survei mengenai capres 2019 yang hasilnya sangat beragam. Penulis berharap semoga lembaga survei independent dapat memberikan data dan informasi yang benar kepada masyarakat untuk meningkatkan kedewasaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam berpolitik dengan memberikan hak suaranya secara baik dan benar. 

Dan bagi lembaga survei yang telah melakukan pembohongan data dan informasi, agar tidak melakukan hal yang sama dalam survei PILPRES 2019. Karena bila lembaga survei ini melakukan kebohongan terus menerus akan ditinggal masyarakat dan lembaga tersebut akan tenggelam.[tomy sujarwadi]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun