Beberapa alasan yang mendasari munculnya Budaya Sungkan terjadi, antara lain karena takut menyinggung perasaan orang lain, menghindari konflik, menghindar dari tanggung jawab, merasa tidak kompeten atau tidak berdaya, takut akan suatu perubahan, dan lain-lain.
Rasa sungkan yang terkelola dengan baik (wajar) akan berdampak positif bagi individu yang bersangkutan dan bagi organisasi secara keseluruhan, namun apabila berlebihan maka dampaknya akan menjadi negatif, khususnya terhadap kemajuan organisasi & bisnis perusahaan serta terhadap potensi risiko operasional perusahaan.Â
Untuk dapat menjadi organisasi/perusahaan yang kompetitif kita harus berpikir dan bertindak secara cepat, cermat dan tepat, di mana pemberdayaan karyawan (empowerment) harus dilakukan secara optimal.Â
Oleh karena itu, untuk mendukung tercapainya kinerja terbaik perusahaan, maka "Budaya Sungkan" dalam menyampaikan pendapat pribadi yang bersifat positif haruslah segera disingkirkan dan harus mulai dikedepankan "Budaya Sopan namun Proaktif". Â
Agar menjadi organisasi yang bijak dan terpercaya, tentunya memilih sikap dan "Budaya Sopan namun Proaktif". Kitapun sebagai individu akan menjadi lebih sukses apabila dapat memupuk kebiasaan untuk menjadi proaktif.Â
Melalui budaya kerja sopan namun proaktif dari individu maupun organisasi akan menjadi organisasi yang kuat, yang dapat mendukung kemajuan negara kita. Ayo jangan sungkan dan tetaplah Sopan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H