Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Titik Nol

5 Juli 2020   07:30 Diperbarui: 5 Juli 2020   07:37 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap detik waktu yang kita lalui pada hakekatnya kita semakin mendekati garis akhir hidup kita... 

Kita akan kembali menuju titik Nol, dari ada kembali menjadi tiada, hanya amal ibadah dan pahala serta doa-doa terbaik dari keluarga yang akan menyertai kita...

Perubahan kian cepat, persaingan hidup kian ketat menuntut kita untuk bergerak cepat, berlari, lebiih cepat dan lebih cepat lagi. 

Kita sering mengatakan kita sedang mengejar target, padahal target-target lah yang mengejar dan memburu kita. 

Bila kita amati lebih jauh, ternyata siklus hidup manusia sepintas mirip sekali dengan Product Life Cycle, yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu : Introduction, Growth, Maturity, Decline and Saturation...

Bila pada sebuah perlombaan lari, jarak tempuh dan garis finish nya jelas, namun masa hidup manusia tidak seorangpun yang mengetahui kapan, bagaimana dan dimana akan berakhirnya. 

Perlombaan dalam hidup pada hakekatnya bukan beradu cepat atau kuat sampai di tujuan, tetapi pada hakekatnya setiap tarikan nafas kita akan semakin mendekatkan kita ke garis akhir tanpa perlu buru-buru. Hal tersebut sudah merupakan kodrat, kita tidak dapat menolaknya dan setiap orang akan merasakan dan mengalaminya.

Sebagaimana garis lurus, di awal hidup manusia, dari NOL (tidak ada) kemudian atas kehendak Nya ia terlahir ke dunia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, tidak tahu apa2, tidak membawa apa2 dan bukan apa2 (dari Nol). 

Dalam perjalanannya ia bertumbuh hingga puncak dan akan turun kembali menuju ke suatu titik akhir dan kembali ke titik akhir, yaitu Tuhan yang menciptakannya. Manusia menjadi tua dan lemah tidak berdaya, ia bukan siapa2 dan tidak membawa apa2 kecuali bekal ilmu dan pahala.

Karena tidak seorangpun tahu garis finish hidupnya, maka alangkah baiknya kita mempersiapkan diri sejak dini dengan memperbanyak amal kebaikanagar ketika tiba pada garis akhir kehidupan kita dalam keadaan baik, waktu yang baik, sedang melakukan hal-hal yang baik.

Bukan tidak mungkin orang yang baik, pada akhirnya hidupnya dalam keadaan baik pula, tidak sedikit yang tergelinicr, jatuh dan hancur bahkan dari hal2 yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Oleh karenanya dalam setiap doa yang kita panjatkan mintalah selalu kepada Nya agar akhir hidup kita dalam keadaan baik... Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun