Seringkali salah kaprah, kita sering bangga dibilang orang sebagai workaholic, pekerja keras, orang sibuk, dan lain-lain.
Padahal tidaklah selalu demikian, makna Overtime yang benar adalah hanya diperlukan sewaktu-waktu saja karena ada hal2 yang urgent untuk diselesaikan. Selebihnya bisa ditunda besok...
Anda seorang pekerja keras, ketagihan kerja atau workaholic? Asik dengan pekerjaan, hampir setiap hari overtime, meeting larut malam baru selesaia menjelang pagi bahkan sampai harus bermalam di kantor?Â
Bahaya! Kita memang merasa sehat ketika itu, tetapi daya tahan tubuh kita ada batasnya. Seorang rekan terperangah ketika dokter memvonisnya menderita jantung koroner! Waktu datang konsultasi ke dokter ia mengeluhkan sakit di dada nya.Â
Hal yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, ia merasa sehat2 saja umurnya masih muda! Ia baru tersadar bahwa selama ini ia menjalani pola hidup yang tidak sehat dan tidak seimbang!Â
Jarang bahkan tidak pernah berolah raga, terlalu banyak duduk, banyak berpikir keras, situasi kerja yang stressful, ambisi yang berlebihan, gemar mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, diperparah lagi oleh kebiasaan merokok untuk melepas beban pikiran.Â
Ingat, badan kita bukan mesin. Mesin pun memiliki batas kemampuan, ketika melebihi kapasitasnya ia akan mulai terganggu, bila dipaksakan maka akan rusak alias jebol. Demikian pula badan kita! Jika mesin rusak ada spareparts penggantinya..., namun bila jantung, otak, paru-paru, kesehatan kita rusak tidak ada gantinya! Badan akan memberi sinyal ketika ia terlalu berat bekerja! dan jangan pernah abaikan sinyal bahaya tersebut bila tidak ingin menyesal di kemudian hari. Mengobatinya jauh lebih sulit dan mahal daripada mencegah dan memeliharanya.Â
Rasanya pendapat bahwa pekerja yang bagus adalah yang selalu bekerja lembur/overtime dan pekerja yang pulang "Teng-Go"adalah pekerja yang tidak maksimal, perlu DIKOREKSI, kecuali karena kondisi tertentu seperti selisih, banyaknya data yang harus diolah dan laporan2 yang harus disiapkan, gangguan system, dll, seringkali overtime lebih banyak disebabkan oleh cara kerja yang kurang efektif dan efisien!Â
Dan, sayangnya "Worklife Balance atau Balance Life" hanya sekedar semboyan saja, terkesan ideal, namun berbeda pada kenyataannya di lapangan. Antara target, tuntutan tugas, situasi kerja dengan semboyan tersebut sering tidak sejalan.Â
Lantas bagaimana kita menyikapi dan mensiasatinya? Workaholic boleh2 saja... mungkin kadarnya saja yang perlu disepadankan dengan kondisi badan dan diimbangi dengan pola hidup yang proper, bekerja lembur boleh2 saja bila memang diperlukan, mengejar target sah2 saja, namun hendaknya semua itu harus disesuaikan dengan kapasitas yang kita miliki dan bagaimana kita mencari cara secara cerdas untuk mencapai target tanpa perlu mengorbankan kesehatan kita.Â
Agar dapat diterapkan dengan baik untuk mencapai efektivitas dan efisiensi serta kontinuitas dan produktivitas karyawan, program Worklife Balance haruslah di-trigger oleh para Leaders melalui coaching. Mengapa dimulai dari Leaders? Ya, karena pekerjaan itu berawal dari Leaders.Â
Yang patut dicatat, jika worklife balance tidak berjalan sesuai harapan, akan berdampak negative pada SDM organisasi dan dapat berpengaruh pada performa perusahaan dan risikonya tidak hanya kesehatan yang terenggut namun juga kehidupan sosial kita.Â