Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Jangan) Kenyang...

27 Juni 2020   21:00 Diperbarui: 27 Juni 2020   21:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kenyang akan membuat kita lengah...sedikit lapar membuat kita tetap waspada.

Ketika dijamu di sebuah restoran terkenal oleh ex pimpinan sebuah perusahaan dalam acara di luar kota, " ayo tambah lagi, di sini enak-enak loh masakannya". Baik Pak, nanti biar saya ambil sendiri kalo mau tambah". Tidak lama kemudian sambil asyik berbincang2... "lho kok sudah selesai makannya. Ini kan masih banyak lho makanannya". 

Terima kasih Pak, sudah cukup. Bapak ex-pimpinan tadi pun berkata, "oh kalo begitu dibungkus saja ya nanti dibawa saja dan bisa makan di hotel. "Oh, jangan Pak. Terima kasih. Sudah cukup. Nanti di hotel tidak ada yang makan malah sayang...mubazir. Terima kasih banyak Pak atas jamuannya, saya permisi dulu.

Pada kisah yang lain, dalam sebuah percakapan perjalanan pulang ke rumah via jalan toll ..."enak sekali ya masakannya, ma. "perut rasanya kenyang banget. Untung juga ya kalo all you can eat, ma. kita bisa makan sesukanya. "iya pa. beberapa menit kemudian...AWAS pa! duh! untung aja ngga nabrak mobil lain. maaf ya, ma. saya ngantuk banget. "Ayo kita cepat minggir ke rest area, lebih baik istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk dari pada berbahaya di jalan pa, bisa fatal lho... 

Kedua kisah singkat di atas bisa menjadi reminder bagi kita mengenai makna "kenyang". Kenyang seringkali membuat diri kita lalai dan menimbulkan banyak risiko. Namun kenyang bukan hanya dalam hal makan saja, tetapi ada makna kenyang dalam kehidupan kita sehari-hari. Benar adanya pepatah orang2 tua kita dahulu, "makanlah selagi lapar dan berhentilah sebelum kenyang". Maknanya adalah makan untuk hidup dan bukan sebaliknya hidup untuk makan. 

Pepatah tersebut juga memberikan reminder bagi kita agar tidak serakah. Bila di restoran all you can eat, seringkali kita digoda melalui lapar mata dan aji mumpung. Kepingin ini itu, kemudian dilakukan dengan tindakan makan sepuasnya karena merasa kita sudah membayar dan berhak untuk makan sesuka kita. 

Padahal bila kita makan sesukanya maka risikonya pun juga setara dengan "sesuka" kita tadi. Perut menjaga "mbegah" membuat diri kita lengah, mudah mengantuk dan tidak nyaman. 

Belum lagi risiko kesehatan seperti overweight, obesitas, kolesterol, dll yang dapat berujung penyakit2 berbahaya seperti jantung, stroke, dll yang berbiaya tinggi dan berisiko fatal. Demikian pula risiko kita bahaya di jalan karena faktor mengantuk dan lalai akibat kekenyangan. 

Pada makna serakah karena prinsip sesuka saya dan all you can eat, membuat kita lupa dan seringkali tidak sadar bahwa ada hukum kepuasan yang menurun (The Law of Demishing Return). 

Padahal apa yang kita makan dan kumpulkan sebanyak-banyak tadi ada batasnya dan nantinya pun akan ditinggalkan. Akan bijak apabila prinsip hidup kita makan secukupnya saja. 

Kalaupun kebetulan kita dikaruniai kelebihan materi, ilmu, kesehatan dan sebagainya hendaknya kita membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Kekenyangan dan keserakahan hanya akan membuat diri kita lalai dan akan berujung pada mudarat dan penyesalan. 

Jangan serakah, ambilah secukupnya saja, singkirkan ego dan bantu orang lain akan menyehatkan jiwa dan raga kita... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun