Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tulang

24 Juni 2020   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2020   18:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Ketika kita makan ayam ataupun ikan, tentu tidak semuanya kita telan bulat-bulat...hendaknya kita tidak serakah.

"Lho kok tulang ayamnya dibungkus, pa...? iya, ini untuk kucing2 kita di rumah, memang kenapa...hayo kamu malu atau gengsi yaa... Iya pa...he3x...Untuk sesuatu yang baik kenapa mesti malu atau gengsi. Waah...coba bayangkan nak, apa jadinya kalo kita makan ayam atau ikan beserta tulang2nya. Tentu kita bisa kekenyangan, muntah atau tersedak (keselek), sakit dan bisa meninggal lho. Selain itu iih...malu ya, itu tandanya kita rakus dan serakah. Demikian kutipan percakapan singkat seorang anak dengan ayahnya ketika mereka baru saja selesai makan di salah satu restoran fried chicken di Jakarta.

Pada cerita yang lain, seorang kaya memiliki 100 hektar tanah tetapi selalu terlihat gelisah karena ia terus memikirkan sebidang tanah kecil milik temannya yang miskin. Ia ingin terus memperluas tanah miliknya seluas-luasnya sehingga ia bisa menguasai satu wilayah. Sebaliknya si teman yang miskin hidupnya terlihat tenang walaupun ia hanya memiliki sebidang tanah garapan untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari bersama keluarganya.

Mengambil hikmah dari kedua hal di atas, yang perlu kita sadari adalah bahwa pada rezeki yang Tuhan limpahkan kepada kita ada hak-hak orang lain. 

Ambilah secukupnya saja, selebihnya berikan kepada yang lebih membutuhkan. Serakah itu bagaikan fatamorgana, yang dari jauh kita lihat seolah indah, tetapi ketika kita dekati ternyata tidak ada apa2...hanya halusinasi dan angan2 kita saja. 

Dengan sifat yang serakah kita tidak akan pernah mendapat apa2 yang kita inginkan, tidak berkah karena banyak hak orang lain yang kita makan plus sumpah serapah orang lain dan yang kita terima mudharat bukan manfaat!

Bukankah orang-orang yang serakah, pada hakekatnya orang yang miskin sebenarnya...ya miskin hati nya karena ia tidak memiliki rasa cukup di dalam dirinya. 

Para koruptor adalah orang-orang pandai dan berkedudukan bukanlah orang yang miskin, mereka kaya raya bahkan bergelimang harta, tapi sayang mereka miskin mental, miskin hati karena sifat serakahnya sehingga hidup merekapun berujung di penjara. 

Keserakahan merupakan cerminan karakter orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan memperturutkan segala keinginan bukan sesuai kebutuhan. Keserakahan juga merupakan trigger munculnya Fraud dan bukanlah cermin karakter seorang beriman.

Kunci utama agar kita tidak serakah, tumbuhkan semangat peduli dan berbagi, hidup sederhana sesuai kebutuhan, mampu mengendalikan diri terutama dalam mengejar ambisi, menggunakan parameter diri sendiri bukan melihat orang lain, sabar, merasa cukup dan selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, dan adanya rasa malu bila kita memiliki sifat serakah. Bisa berbagi adalah makna bahagia yang sebenarnya. 

Ayo jangan serakah, berbagilah agar hidup kita bahagia dan berkah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun