Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Halooo...

18 Juni 2020   12:00 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah satu problem utama di berbagai bidang hingga di dalam keluarga adalah masalah Komunikasi.

Salah satunya adalah mengabaikan budaya angkat telepon...karena merasa itu bukan tugas dan tanggung jawab kita. ada ego kita didalamnya...

Pernahkah anda mengalami pengalaman berikut ini? Ketika anda sedang memerlukan bantuan dan berusaha menghubungi rekan kerja atau pihak yang terkait dengan bantuan yang anda perlukan tersebut, namun tidak memperoleh respons sama sekali? walaupun Anda telah menghubunginya beberapa kali bahkan berkali2 melalui berbagai media komunikasi, seperti : email, telepon, HP, SMS, WA, dll bahkan mendatanginya tetapi masih belum juga terhubung! Tentu anda bertanya2 mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal itu akan menimbulkan banyak persepsi pada diri kita, apakah orang tersebut sedang tidak di tempat (cuti, ada keperluan mendadak, block leave, business trip, sedang meeting, sedang sakit), atau sedang sibuk, atau mungkin ada masalah dengan email atau alat komunikasinya atau... memang tidak berkenan untuk kita hubungi atau dimintai tolong karena ia kuatir akan menambah beban pekerjaan atau dapat beralih tanggungjawab. 

Dar isi Etika, bila memang kita sedang sibuk dan belum sempat memberikan tanggapan lebih jauh, setidaknya kita dapat meresponsnya terlebih dahulu, walaupun hanya dengan sepatah dua patah kata, misalnya noted atau maaf saya sedang cuti atau meeting, nanti saya balas ya. Respons kita yang pertama pada hakekatnya mencerminkan kualitas diri kita. Hendaknya kita tidak membuat orang lain menunggu sesuatu yang tidak jelas! Bayangkan bila kita yang sedang memerlukan bantuan orang lain dan kita diperlakukan yang sama seperti hal tersebut di atas, tentu kita akan merasa jengkel, sebal, kesal dan kecewa. Untuk itu berpikir positif sangatlah penting, karena kita tidak dapat bekerja sendiri dan suatu ketika kita pasti memerlukan bantuan orang lain. 

Tidak heran bila di dalam dunia bisnis, etika mengangkat telepon yang berdering dengan segera (tidak membiarkannya berdering lebih dari 3 kali) merupakan hal yang penting. Mereka menyadari bahwa itu adalah tugas dan tanggung jawab serta reputasi yang harus dijaga bersama. Tanpa perlu melihat pangkat dan kedudukan, siapapun yang mendengar dering telepon hendaknya segera mengangkatnya. Hal tersebut salah satu ciri dan cermin organisasi yang professional. Kita tidak tahu mungkin telepon tersebut peluang bisnis, keluhan pelanggan, atau mungkin juga telepon penting yang terkait dengan berita musibah atau berita duka. 

Dari cerita tersebut di atas, adalah benar adanya bila dikatakan bahwa kendala utama sekaligus hal terpenting di dalam sebuah organisasi adalah KOMUNIKASI! Dan tahukah anda bahwa akar kesuksesan sebuah organisasi terletak pada komunikasi yang baik. Kita belum dapat berbicara lebih jauh mengenai kinerja organisasi dan prestasi, jika komunikasi tidak kita bangun dengan baik. 

Mari kita lihat runtutannya, Kinerja dan prestasi baik ada karena teamworknya baik, teamwork baik karena koordinasi dan sinerginya baik, koordinasi dan sinergi baik ada karena ada trust dan relationship yang harmonis, dan mustahil relationship dan trust baik bila tanpa ada komunikasi yang baik. 

Dan pada akhirnya komunikasi yang baik itu berawal dari Hati dan Integritas yang baik pula. Bagaimana contohnya? Ketika anda tahu ada orang meminta bantuan, pilihan ada ditangan anda. Apakah anda memiliki kemampuan untuk membantunya? Kemampuan ada, tetapi apakah anda MAU dan bersedia untuk membantu? Sebaiknya bila anda tahu dan anda mampu, maka hendaknya anda dapat membantunya...setidaknya bila diluar kemampuan anda, maka kita dapat merefernya kepada pihak yang lebih kompeten didalam membantu orang yang memerlukan bantuan anda tadi. 

Hal komunikasi seringkali terlihat sepele, tetapi dampaknya demikian besar bagi kemajuan organisasi. Dan membangun komunikasi yang baik haruslah dimulai dari setiap diri individu yang ada di dalamnya, dilakukan secara tulus tanpa melihat dan membeda-bedakan dengan siapa kita berkomunikasi, tetapi lebih kepada apa yang sedang dikomunikasikan dan cara berkomunikasi yang santun dan profesional. Karena sesungguhnya diri kita akan bernilai ketika kita bisa menghargai dan menghormati orang lain dalam berkomunikasi. 

Dan kita baru dapat menghargai dan menghormati orang lain jika kita dapat menghargai dan menghormati diri kita terlebih dahulu yaitu dengan sikap dan perilaku yang baik dengan menempatkan diri kita pada posisi orang lain. 

Ayo kita bangun budaya komunikasi yang responsif, santun dan profesional yang dari Hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun