Ketika Marwah Daud yang seorang gubes membela ideologi milik Dimas Kanjeng maka lalat-lalat mulai menggerogotinya. Tidak ada yang salah ketika seseorang meletakkan kepercayaannya pada kemampuan Dimas Kanjeng. Saya juga tidak percaya dengan kemampuan seseorang mengeluarkan uang dari sakunya sendiri. Tetapi saya sewaktu SMA atau SMP (lupa) menunggu di bemo di Jembatan Merah, saya melihat dua orang berjualan cincin dengan batu yang besar. Beralaskan lantai aspal di pinggiran jalan, mulailah orang pertama berteriak mempromosikan dagangannya. Teriakan itu membuat orang bergerombol. Saya pun tertarik dan mengikuti semua adegan tersebut.
Hingga ada seorang lagi berdiri di samping mobil dagangannya (Colt mungkin), berdiri dan tiba-tiba ditutupi kain hitam. Hanya hitungan detik, orang tersebut lenyap. Bayangkan saja, orang berdiri di atas jalan kemudian ditutup kain hitam dan kain hitam tersebut lunglai ke aspal maka... Suasana langsung riuh seketika. Tidak mungkin ada permainan teknologi atau cara yang masuk di akal lainnya. Jujur saja, saya benar-benar takjub dengan kejadian tersebut. Orang-orang diberi jarak minimal 2 meter dari orang yang ditutupi kain hitam tersebut untuk menyaksikan adegan super keren itu. Sampai bemo saya datang, saya tidak menemukan orang yang tiba-tiba lenyap tadi entah kemana. Saya masih penasaran dan memang aneh.
Mungkin Anda akan menganggap saya membual dan ini sama halnya ketika saya berusaha menentang apa yang dipercayai seseorang terhadap suatu hal mustahil. Misalnya saja anak TK yang pada waktu bermain melakukan percakapan sendiri dengan teman imajinasinya. Jadi proses hukum tetap berjalan bagi Dimas Kanjeng hanya kepercayaan terhadap guru biarlah tetap berlanjut asalkan tidak melawan hukum. Sampai sekarang pun, saya mempercayai  ada kehidupan di planet yang jauh di sana atau ada harta tersembunyi di bawah tugu pahlawan .. Apakah ini yang dimaksud krisis Tuhan atau mungkinkah zaman pencerahan kedua terjadi lagi. Sepertinya saya sedang terbius tante Lady Gaga Million Reasons
