Sebetulnya istilah “Jalur Gaza” ini dibuat oleh mahasiswa. Saya juga taunya dari mahasiswa yang saya ampu. Alasan penyebutan “Jalur Gaza” ini juga saya tidak ditemukan, yang saya tau Gaza identik Israel sama Palestina. Tapi coba saja berkunjung di “Jalur Gaza”, yang selalu ramai pada saat siang, wah segala jenis makanan bisa ditemukan. Murah meriah plus penyedapnya yang mantebbb (pakai huruf b bukan p). “Jalur Gaza” ini adalah gang dibelakang Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dan sampingnya Unitomo. Walaupun ada tulisan Surabaya Food Street tapi rasane lebih greng nyebut “Jalur Gaza” (tergantung ilat…)
Tapi sepanjang “Jalur Gaza” ini sepertinya kebanyakan mahasiswa Untag yang setia membantu para penjual makanan dan warung dengan mendonasikan uangnya hehe…saya hampir setiap siang kesitu selalu ketemu mahasiswa FH Untag hehe…
Padahal lahan tersebut dikelola Unitomo dan Kementerian (cari aja namanya ckck…), yang pasti ini tempat nongkrong yang bebas parkir sekaligus tempat belajar mencari tujuan hidup, tempat berbaur siapapun tanpa memandang identitas. Tetapi ada satu hal lagi yang menarik. Ada satu pintu kecil di ujung Jalur Gaza (coba lihat teliti), hmmm pintu itu hanya dapat dibuka oleh orang-orang yang doyan cuci tangan saja hehe… sedangkan pengunjung lainnya harus memutar Jalur Panas (ya suka-suka saya bilangnya, karena panas sih) melewati Bank Jatim dan para abang becak. Ada kamar mandi umumnya juga namun harus tanpa alas kaki, wah…
Rasanya lebih hidup pada siang hari daripada malam hari. Tapi yang paling keren di “Jalur Gaza” ini nasi putih jumbo dan es batu benar-benar sesuatu yang dirindukan… Karena disitu terlihat manusia sebenarnya :)
NB: jika Anda butuh pemandu, saya siap asal….
