Mohon tunggu...
Tomy Michael
Tomy Michael Mohon Tunggu... Dosen - --

Nec scire fast est omnia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramah dan Kepusingan Pemimpin

27 September 2024   04:35 Diperbarui: 27 September 2024   04:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana reaksi kita jika mengenal seseorang dan berbuat ramah ke dia? Maka itu adalah hal yang wajar. Namun bagaimanakah kita bersikap ramah kepada orang yang tidak dikenal? Tentu kita bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu, menanyakan relasi dalam hidup kita hingga keputusan apa yang ingin dicapai. Kedua analogi di atas adalah ramah dalam perspektif yang berbeda. Sama seperti YouTuber asing yang terus berdatangan di Indonesia, konten mereka kadang tidak menunjukkan kekayaan budaya khas Indonesia tetapi ada yang menunjukkan kesesatan. 

Misalnya saja ucapan "minggir lu miskin" yang diucapkan IShowSpeed menjadi hal populer. Hal ini memang lucu tetapi apakah pantas disebut lucu sementara kita sendiri mengetahui makna yang sebenarnya. Berikutnya seperti pemberian handphone oleh penggemar IShowSpeed di Singapura dan netizen kita ternyata mengunggulkan bahwa budaya kita jelas ada. Bahkan negara lain juga iri ketika IShowSpeed cukup lama berkeliling di Indonesia dan akhirnya semakin populer. Sebetulnya kecenderungan demikian haruslah diolah dengan baim, ada pengaturan khusus tentang hal-hal yang bisa disampaikan, artinya ada penyaringan konten sehingga ciri khas Indonesia tersampaikan. Apakah ini juga akibat kepusingan pemimpin dalam mengurus negara sehingga rakyat berusaha menghibur dirinya sendiri? Tentu enigma ini harus dipecahkan. 

Ketegasan dalam membuat live bagi konten kreator luar negeri tetap harus bersandar juga pada undang-undang informasi dan transaksi elektronik terbaru. Menghilangkan label "mumpung datang" maka tidak ada konsep harus ditata. Perjalanan konten kreator itu sebaiknya tidak hanya kunjungan singkat namun bagaimana pemerintah berusaha mengikat mereka dalam beberapa waktu.

Hal ini sebagai cara bahwa pemerintah menghargai ketersediaan mereka untjk membawa nama Indonesia. Hiburan yang menyenangkan ini selalu membakar rasa nasionalisme kita apalagi ketika mereka memegang bendera kebangsaan.

Kepusingan pemimpin harus dikurangi tampilannya agar proses promosi Indonesia betul-betul menunjukkan tempat sebagaimana mestinya. Saya sendiri pun walaupun tidak mengikuti IShowSpeed pun terkesan bangga tetapi pertanyaan saya, kenapa orang-orang di sekitarnya tidak berusaha menelusuri singkat tentang ucapan-ucapan yang ada. Mudah-mjdahan para YouTuber asing berikutnya betul-betul memberikan hak privilege untuk promosi kebudayaan Indonesia di media sosialnya tanpa menghilangkan keindonesiaannya. Karena ketika negara itu ada maka sebaiknya kedaulatan digital juga ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun