Hal ini sebetulnya bagian dari jual beli manusia dalam persepsi saling membutuhkan. Kemauan PRT menerima pekerjaan dikarenakan banyak hal seperti faktor ekonomi, faktor pendidikan dan pekerjaan yang sangat sedikit bagi dirinya.
Seringkali PRT merupakan wanita dibawah umur tiga puluh tahun dan telah memiliki anak dengan atau tanpa suami. Bentuk pertanggungjawaban seorang ibu untuk anaknya akan menjadi penghargaan bagi yang melihatnya.
 Faktor ekonomi juga dipengaruhi lingkungan asal tinggalnya karena sebagian besar tetangga memiliki tempat tinggal yang layak maka PRT adaalah yang paling mudah. Faktor pendidikan yang sebatas tamatan Sekolah Menengah Pertama akan membuat PRT menjadi favorit.Â
Terbatasnya kemampuan yang dimiliki masih menjadi wujud nyata karena PRT identik hanya membersihkan rumah, menjaga anak atau memelihara hewan peliharaan. Tidak dibutuhkan kemampuan pendidikan yang tinggi untuk menjadi PRT.Â
Paradigma buat apa sekolah tinggi menjadi suatu kebenaran yang mutlak karena pendidikan identik dengan kehidupan yang layak secara finansial. Padahal jika menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas maka akan tercipta pola pikir yang berbeda dengan yang lulusan Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.Â
PRT akan memiliki inisiatif sendiri dalam menangani masalah dengan logika dan ketika dirasa tidak mampu akan didiskusikan dengan majikan. Faktor pendidikan bagi PRT sebetulnya akan mempermudah dirinya menjadi lebih paham akan hak-haknya.
Macam pekerjaan yang tersedia bagi dirinya sangat sedikit bukan karena ketidakmampuan dalam bersaing namun karena adanya pemahaman yang penting kerja.Â
Makna yang penting kerja akan menjadikan pekerjaan apapun baik padahal ia bisa menjadi lebih baik lagi dalam posisinya. PRT cenderung menyerah pada nasib dan bersyukur ketika jasanya digunakan.
Perhatian yang harus ditingkatkan lebih mengarah tiadanya perjanjian kerja di antara majikan dan PRT sehingga sewaktu-waktu terjadi pemutusan. PRT akan menjadi tidak berguna ketika umur yang semakin bertambah dan fokusnya pada kekuatan fisik.Â
Perhatian majikan hanya berpusat terhadap rutinitas pekerjaan sehari-hari yang langsung terlihat hasilnya tanpa mengetahu proses yang ada. Majikan juga membatasi gerak gerik PRT dengan memberikan fasilitas yang tdaik sesuai pekerja umumnya.Â
Misalnya ukuran kamar yang kecil, jenis makanan yang berbeda, tidak adanya jam istirahat karena PT menginap di rumah hingga kurangnya hak untuk mengurangi rasa penat misalnya berlibur atau menekuni hobi yang dimiliki.Â