Sumber : Doc. Metro TV
Siapa bilang Joko Widodo atau Jokowi itu presidennya rakyat Indonesia? Jokowi bukan milik rakyat Indonesia, tapi milik para relawan.
Sekadar melihat ke belakang, jauh sebelum Jokowi dicalonkan menjadi presiden. Tepatnya sejak tahun 2012, sejak pilkada DKI. Pertarungan para kandidat gubernur DKI yang melibatkan 6 pasang calon gubernur wakil gubernur yang akhirnya harus melalui 2 putaran dengan 2 pasang calon tersisa yaitu pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama. Akhirnya dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok.
Siapa yang bekerja untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ahok? Tak lain dan tak bukan adalah para relawan. Relawan bernama JASMEV-lah yang berjasa memenangkan pasangan itu. JASMEV (Jokowi Ahok Social MEedia Volunteers) dikomandoi oleh seorang wanita bernama Kartika Djoemadi.
Setelah menjadi gubernur, Jokowi maju lagi menjadi calon presiden. Dan itu hasil kerja para relawan. Tidak hanya JASMEV, tapi lahir pula puluhan relawan seperti Bara-JP, Projo, Seknas Jokowi, dsb untuk memenangkan Jokowi-JK menjadi presiden.
Dan memang hasil kerja keras mereka (para relawan), Joko Widodo sekarang menjadi presiden.
Yang menggugah hati saya untuk menulis artikel ini dengan judul “Jokowi, presidennya para relawan” adalah karena saya “kecewa” dengan pernyataan pak presiden Joko Widodo saat diwawancarai oleh Najwa Shihab, malam hari beberapa jam setelah dilantik menjadi presiden RI ke-7. Wawancara ekslusif yang disiarkan oleh Metro TV, dilakukan di halaman Istana Merdeka.
Saat itu, Najwa Shihab bertanya, “Sekarang setelah pak Jokowi resmi menjabat sebagai presiden, siapa yang menurut Bapak orang yang terdekat?” Dalam hati saya berkata, “Pasti Jokowi akan menjawab, “Istri saya!” Ternyata dugaan saya salah. Jokowi menjawab, “Para relawanlah, yang paling dekat dengan saya saat ini.” Yang membuat saya kaget adalah ketika Jokowi melanjutkan dengan “Makanya nanti saya akan membentuk semacam lembaga kepresidenan. Di dalamnya nanti ada direkturnya, dan lain-lain.”
Segera saya berkesimpulan bahwa Presiden Jokowi akan melakukan politik balas budi. Sungguh disayangkan pernyataan seperti itu. Itu sama saja memberikan pamrih atau memberikan kondisi “besar kepala” para relawan yang dianggap berjasa menjadikan Jokowi seorang presiden. Jokowi sekarang sudah menjadi milik rakyat dan bangsa Indonesia. Bukan lagi milik segelintir relawan. Justru Jokowi harus menunjukkan terima kasihnya kepada rakyat yang memilihnya dengan bekerja, bekerja, dan bekerja untuk kepentingan rakyat, sebagai bentuk tanggung jawab dan terima kasih. Bukan malah memberikan “hadiah jabatan” kepada para relawan.
Relawan sejati itu harusnya bekerja tanpa pamrih. Dilandasi ketulusan hati bukan ingin sesuatu. Saya berharap para relawan memiliki pemikiran seperti itu, namun agaknya ada beberapa relawan yang ternyata “meminta pamrih “. Satu contoh, ada beberapa relawan yang kecewa karena tidak diikutsertakan/dilibatkan dalam kegiatan Tim Transisi di Rumah Transisi. Lho... mengapa sih ngotot harus ikut dilibatkan? Kepingin dapat jabatan? Biarlah itu urusan Jokowi dan Timnya.
Relawan sejati itu ibarat seorang pahlawan yang telah memerangi pertarungan, kembali ke rumah tanpa harus menunggu diberi ucapan terima kasih.
Ada lagi. Ketika Presiden Jokowi melakukan konferensi pers lewat video (tele conference) dengan warga di 8 kota, terlihat Jokowi duduk bersama dengan para relawan berbaju putih. Padahal itu dilakukan di dalam ruangan istana merdeka, ruangan yang hanya boleh diisi oleh presiden dan karyawan dan staf istana. Ada apa dengan mereka? Apakah itu kegiatan boleh dilakukan oleh orang luar (bukan orang dalam istana)? Jika iya, siapa saja yang boleh berada di dalam ruangan istana? Tidak mungkin untuk semua orang. Hanya yang diizinkan oleh sang tuan rumah (presiden) saja. Dan mereka pastilah para relawan. Bukankah para relawan seharusnya selesai sudah tugasnya mengantar Jokowi sampai menuju istana. Setelah itu kembali ke dunianya masing-masing. Mereka mendapat “priviledge” (keistimewaan) dari seorang presiden Jokowi. Luar biasa!
Saya menulis ini bukan karena merasa iri, karena saya bukanlah relawan. Saya hanya warga masyarakat biasa yang memilih Jokowi untuk menjadi presiden Indonesia. Dan saya pun sudah cukup bangga akhirnya Jokowi benar-benar menjadi presiden.
Saya hanya berharap, presiden Jokowi jangan tersandera dengan “jasa dan kebaikan” para relawan, dengan membentuk lembaga kepresidenan. Presiden jangan memulai membuka celah, memberi angin, memberi pamrih kepada relawan.
Ingat, pasti ada di antara mereka yang memang “meminta pamrih” dan ketika mereka tidak mendapatkan, mereka akan kecewa. Dan ketika mereka kecewa, mereka akan menjadi pengkhianat. Seperti yang diingatkan oleh Anas Urbaningrum kepada Jokowi, “Awas hati-hati pak Jokowi, nanti di tengah perjalanan akan ada sengkuni.” Siapa yang dimaksud? Bisa partai pendukung, atau bisa juga para relawan yang “keinginan”nya tidak diakomodir.
Selamat bekerja Bapak Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tuhan menyertai Bapak berdua dalam mengemban tugas dan amanat rakyat!
Salam Indonesia Hebat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H