Mohon tunggu...
Tommy Setiawan
Tommy Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

Hanya pembaca dan pemerhati. Bukan penulis. Tapi kadang-kadang menuangkan pikiran atau ide atau perasaan yang bergejolak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Kebangkitan Nasional, Benarkah Indonesia Sudah Bangkit?

20 Mei 2015   12:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1908. Saat itu para pencetus ingin membangkitkan rasa dan semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Satu abad lebih sudah berlalu. Apakah Indonesia sudah benar-benar bangkit? Bangkit dari keterpurukan secara politik, ekonomi, ideologi, hukum, dan lainnya? Kita pasti tahu jawabannya.

Bangkit, berarti bebas dari perbudakan. Perbudakan dari penjajahan bangsa asing maupun bebas dari perbudakan dari penjajahan masa kini, penjajahan secara ekonomi oleh bangsa sendiri.

Di bidang ekonomi, masyarakat Indonesia lebih menyukai produk luar negeri daripada dalam negeri. Jika ditanya alasannya, selain gengsi, karena produk dalam negeri kurang bagus mutunya, atau belum mampu membuat. Nah... artinya ini Indonesia belum bangkit dari cara berpikir dan cara berbuat.

Di bidang hukum, belum bangkit, bahkan bangsa kita masih tertidur. Tertidur oleh buaian berbagai kepentingan yang berduit. Ada uang, semua beres.

Katanya negara kita Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu. Buktinya, kebebasan beragama di negara kita masih belum terjamin. Yang mayoritas menekan yang minoritas. Dan pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan. Kenapa? Ya itulah, pemerintah belum bangkit rasa keberaniannya.

Dari segi bahasa, you know lah.... Ada orang-orang yang lebih bangga menggunakan bahasa English daripada bahasa Indonesia, yang adalah bahasa ibu. Ironis ya...

Apa lagi? Masih banyak yang belum bangkit dari bangsa ini. Jika dijelaskan dan dijelaskan secara rinci, tidak akan habis dalam satu cerita. Bisa menjadi cerita bersambung. Kita hanya bisa melihat dari apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Oh Indonesiaku. Sakitnya tuh di sini. Ayo bangkit! Jangan tidur terus, bergerak!

Berharap HARKITNAS kiranya benar-benar menjadi Hari Kebangkitan Nasional, bukan Hari MenyaKITkan Nasional.

Salam Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun