Mohon tunggu...
Tommy Setiawan
Tommy Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

Hanya pembaca dan pemerhati. Bukan penulis. Tapi kadang-kadang menuangkan pikiran atau ide atau perasaan yang bergejolak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Islam Nusantara" dalam Sarung Sang Presiden

9 Januari 2017   14:16 Diperbarui: 9 Januari 2017   14:22 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi menerima penghormatan dari kru pesawat sebelum naik ke pesawat Kepresidenan Indonesia-1 sebelum berangkat ke Pekalongan, Jawa Tengah

Kemarin, presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja sekaligus menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H bersama Habib M Lutfi Bin Yahya di Pekalongan Jawa Tengah. Ada yang unik. Bukan dari peringatannya, melainkan busana yang dikenakan bapak presiden. Sejak menaiki pesawat kepresidenan, beliau mengenakan peci hitam, baju koko ditutup dengan jas, sepatu selop, dan sarungan.

Menurut catatan sejarah, sarung sendiri berasal dari Yaman, sebuah negara di Afrika. Sarung awalnya digunakan suku badui yang tinggal di Yaman. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam. Sarung menjadi salah satu pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi.

Mengapa sarung yang dikenakan presiden Jokowi begitu menarik perhatian? Setidaknya ada 3 hal yang hendak ditunjukkan Jokowi kepada rakyat dan bangsa Indonesia.

Pertama, presiden Jokowi-lah yang pertama kali mencetuskan hari Santri Nasional. Sebuah penghormatan kepada para santri. Dan di saat inilah beliau tunjukkan kepedulian dan perhatian dengan mengunjungi acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H di kota Pekalongan, dengan “pakaian kebesaran” yaitu baju koko, dan sarung. Tanpa sekat, beliau berbaur di antara para santri dan Muslimin dan Muslimat. Padahal beliau adalah orang nomor 1 di Indonesia. Presiden dan rakyatnya menjadi satu.

Kedua, sarung sebagai lambang umat Islam (walaupun non Muslim pun ada yang sarungan jika sedang santai di rumah), Jokowi menujukkan Islam Nusantara, bukan Islam Arab. Itulah mengapa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H diadakan di Pekalongan, sebuah kota di Jawa Tengah, bukan di Aceh, yang identik dengan Islam Arab (sesuai dengan sebutan “Serambi Mekah”) yang ketat dengan aturan syariat Islamnya. Jokowi menjalankan Islam yang “njawani”.

Ketiga, dengan sarung, Jokowi mau menegaskan bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang ramah, manusiawi, dan bersahabat. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta. Hal ini sekaligus menyindir keberadaan ormas berdaster dan bersorban yang mengatasnamakan Islam namun kelakuannya jauh dari Islam rahmatan lil ‘alamin.

Salam sarungan...

Sumber 

Sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun