Senin 27 April 2020, sekali lagi salah satu Pasien dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 dimakamkan di Agam. Tepatnya di Jorong Sitingkah Nagari Lubuk Basung. Ini adalah kali kedua tanah Agam menerima jenazah PDP Covid-19, setelah satu bulan sebelumnya (26/3) Agam juga menerima pemakaman PDP Covid-19 di Tiku.
Kondisi yang ada di Agam ini bisa dikatakan berbeda dengan kondisi di beberapa daerah lain yang sempat heboh dan viral dengan penolakan pemakaman jenazah PDP Covid-19. Bahkan di beberapa daerah ada yang sampai berurusan dengan pihak berwajib. Agam beda ! Walaupun kedua jenazah PDP Covid-19 tersebut bukanlah warga Kabupaten Agam, tapi kedua korban tersebut dimakamkan di wilayah Agam yang merupakan kampung halaman mereka. Warga Agam menerima dengan tangan terbuka jenazah anak kemenakan mereka yang telah merantau ke kabupaten kota tetangga, untuk pulang terakhir kalinya ke tanah Agam. Kepulangan final ke kampung halaman.
Saya bukan warga Agam, tapi melihat liputan bagaimana pemakaman PDP Covid-19 di Agam, cukup membuat bulu roma berdiri. Penyelenggaraan pemakaman dengan protokol ketat Covid-19 sudah cukup membuat ciut nyali. Karena penyelenggaraannya dihiasi dengan petugas yang memakai APD lengkap, tidak boleh ada kerumunan, dan yang pasti bukanlah penyelenggaraan pemakaman yang lazim kita saksikan bulan atau tahun-tahun sebelumnya. Tapi begitulah Agam. Tidak jadi soal banyak dan viralnya berita penolakan pemakaman PDP Covid-19 di belahan bumi lain di Indonesia, bagi mereka yang akan pulang untuk terakhir kalinya ke Agam, selalu ada tempat pemakaman, pandam pekuburan yang akan menerima. Tidak peduli pemakaman tersebut akan sunyi atau ramai.
Warga Agam telah menunjukan makna dari "pathos". Sebuah kata yang dalam bahasa Yunani memiliki arti penderitaan atau perasaan menderita. Sebuah kata yang merubah perjalanan hidup Jackie Robinson, pemain baseball Afro-Amerika pertama yang bermain di Major League Baseball (MLB) Amerika pada masa warna kulit masih jadi pembeda tingkatan manusia di sana. Adalah "pathos" yang kemudian membawa rekan setimnya yang berkulit putih turut melindungi dan membelanya, ketika ia menerima perlakuan rasis dalam pertandingan. Dan kata "pathos" itu pula yang mengawali perjalanan legendarisnya di MLB, sampai-sampai nomor punggung 42 yang dikenakannya dipensiunkan oleh MLB sebagai bentuk penghormatan.
Di Indonesia, kata "pathos" itu kita kenal dengan simpati. Sebuah kata yang kita maknai dengan pengertian turut menderita, atau turut merasakan penderitaan orang lain.
Saat ini seluruh tingkat kepemimpinan di Agam bersama masyarakatnya telah menunjukan keparipurnaan dalam merasakan simpati terhadap korban wabah Covid-19. Mulai dari Bupati Indra Catri bersama Forkopimdanya, sampai ke Tigo Tungku Sajarangan yang berisikan Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai nya. Mereka semua turut merasakan kesedihan keluarga yang ditinggalkan oleh korban Covid-19, dan tak ingin menambah kesedihan itu dengan menolak pemakaman jenazahnya.
Jika tak sempat ke Athena, tak ada salahnya melihat "phatos" itu ke Agam.
Wassalam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H