Yth. Anakku Umar
Masih saja terdengar olehku renyah tawa dan senyum bahagiamu dengan mata yang berbinar melihatku mengangkat sepeda pertamamu ke hadapanmu. Waktu itu sore hari.
Kau masih memiliki rutinitas santap sore di teras. Dengan tawa renyah, senyum lebar, dan mata yang bulat berbinar, kau bertanya dengan suara kecilmu yang terdengar bergetar karena kegembiraanmu. "Sudah bisa Umar naik Ayah ?" tanyamu ketika itu.
Waktu banyak berlalu sejak itu. Kau sudah tumbuh besar, dan aku pun juga sudah menua beberapa tahun. Dan tepat pada hari ini kau merayakan usiamu yang ke tujuh tahun. Usia dimana kau akan bermain dan belajar sama banyaknya. Usia dimana kau akan mulai merasakan beberapa tekanan terhadap sesuatu yang harus kau selesaikan, suka atau tidak. Misalnya pekerjaan rumahmu, hafalan ayat pendekmu dan mungkin beberapa hal lainnya.
Aku juga mulai mendengar banyak ceritamu akhir-akhir ini. Belum sebanyak yang kuinginkan, tapi sudah lebih baik dari beberapa tahun yang lalu. Aku juga mendengar banyak cita-citamu. Mulai dari menjadi chef, youtuber hingga profesor. Pilihan yang pertama dan yang terakhir sepertinya lebih cocok denganku. Tapi apapun itu, keputusan ada padamu.
Aku juga mendengar beberapa keluhanmu. Tentang teman-temanmu atau keberatanmu terhadap makanan yang ada. Untuk hal yang pertama selalu kukatakan kepada mu, kemanapun kau pergi akan selalu ada orang yang tidak sejalan denganmu. Kemanapun !
Oleh karena itu biasakan dirimu dengan kondisi itu. Karena tidak satupun tempat di dunia ini yang persis seperti keinginanmu. Tidak ada. Biasakan dirimu mengatasi hal-hal seperti itu. Sehingga kau bisa bertahan dimana pun dan dalam kondisi apapun pilihanmu.
Untuk makanan, kau harus tahu bahwa ada ratusan juta orang di luar sana yang tidak bisa melihat makanan yang ada di hadapanmu. Dan ada miliaran lagi yang tidak bisa mendapatkan makanan yang sesuai dengan keinginannya.
Oleh karena itu, syukuri apa yang ada di hadapanmu dengan cara memakannya dengan selahap yang kau bisa. Percayalah, aku Ayahmu, sudah melewati hal yang lebih buruk dari itu bahkan saat sebelum kau ada. Dan aku masih hidup hingga saat ini untuk mengantarmu sekolah dengan motor besar yang kau senangi itu.
Aku tahu, penting bagimu untuk didengarkan. Namun yang tak kalah penting juga adalah kau juga harus mendengarkan kami, Ayahmu, Ibumu, juga Kakek dan Nenekmu. Kita akan saling berbagi sepanjang usia.