Mohon tunggu...
Tommy TRD
Tommy TRD Mohon Tunggu... Penulis - Just a Writer...

Jumpa juga di @tommytrd

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seconds to Disaster

14 Desember 2019   15:20 Diperbarui: 14 Desember 2019   15:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap bencana besar selalu dimulai dari rentetan permasalahan minor yang datang dengan periode tertentu. Apapun bencananya. Yang dimaksudkan dengan bencana di sini tidak terbatas pada bencana alam. Tapi dalam konteks yang lebih luas. Pembunuhan politik, tindak-tanduk terorisme, kudeta, jatuhnya sebuah pemerintahan dan mungkin banyak lainnya.

Sebuah kegagalan tidak datang begitu saja. Apalagi sebuah kegagalan yang massif. Di luar takdir, hal itu merupakan rentetan dari kegagalan demi kegagalan dalam membaca, menganalisa dan memutuskan segala sesuatunya.

Jatuhnya Bung Karno dimulai dengan "berhasilnya" PKI melakukan pendekatan kepada Bung Karno. Keberhasilan PKI ini menunjukan gagalnya tokoh nasionalis dan agamis "melindungi" Bung Karno. Pendekatan PKI membawa Bung Karno memberikan perlawanan total kepada Amerika Serikat. Kondisi ini berhasil diredam oleh perlakuan dan kharisma dari JFK. Namun sepeninggal JFK, Indonesia sudah berada di ujung rudal Amerika. Sisanya, CIA melakukan tugasnya. Konon seperti itu.

Adnan Menderes. Salah satu Perdana Menteri Turki paling brilian. Bernasib tragis mengakhiri hidup di tiang gantungan. Tapi syukur, itu untuk sebuah alasan yang sama sekali tidak salah. Membela agamanya. Puluhan tahun kemudian setelah kematiannya, namanya kembali harum bak mawar yang baru merekah di tanah kelahirannya. Adnan mengambil keputusan demi keputusan yang menguntungkan bangsanya, dan membela agamanya. Tindakan ini dianggap melanggar prinsip sekuler Turki yang ditegakan melalui ujung bedil angkatan bersenjatanya. Alhasil ia menghadapi kudeta.

Park Chung Hee, mengangkat orang yang kelak malah menembak mati dirinya sendiri. Ia keliru dengan pengangkatan itu. Dan ia juga keliru memperlakukan orang kepercayaannya itu. Hasilnya, pemerintahan dan hidupnya tamat bersamaan. Lumumba, sama. Ia mengangkat orang yang kelak mengeksekusinya. 

Dalam pemerintahan dengan skala yang lebih kecil, hal semacam ini pun terjadi. Kesalahan dalam bersikap, kesalahan dalam memutuskan bisa memberikan dampak mulai dari sekedar menjengkelkan, hingga fatal. Dampak yang paling sederhana, seorang pejabat yang diangkat hanya mampu meraih 2 dari 10 target yang diberikan kepadanya. Namun dalam sistem atau susunan yang lebih besar, itu akan menjadi kegagalan daerah, atau kegagalan kepala daerah. Apakah kegagalan itu datang tiba-tiba ? Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tidak. Ada kesalahan rekrutmen, kesalahan seleksi dan kesalahan keputusan, sebelum situasinya berubah menjadi kegagalan total.

Niat, akal dan budi akan selalu mempengaruhi jalan segala sesuatunya. Entah itu jalan hidup, jalannya pemerintahan atau jalannya usaha sekalipun. Jika ada satu yang salah dari tiga itu, akan ada masanya membayar kesalahan itu. Tokoh-tokoh di atas menjadi bukti sahih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun