Di tahun 2024, Jennifer Lopez (JLo) menghadapi gelombang kebencian yang meningkat di media sosial, dipicu oleh beberapa faktor terkait kehidupan profesional dan pribadinya. Beberapa pengguna media sosial mengejek proyek-proyek terbarunya, seperti album This Is Me...Now dan film terkait, yang dianggap kurang berhasil dan tidak autentik.
Selain itu, banyak kritik berpusat pada bagaimana Lopez terus merujuk masa kecilnya di Bronx dalam narasi publik, yang dianggap sebagian orang sebagai usaha yang berlebihan untuk terlihat relatable, terutama mengingat status selebritas dan kekayaannya saat ini.
Hate speech ini kemudian merembet kepada kemampuan vokal Jlo, yang selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kemampuan vokal Jlo dibawah rata-rata vokalis wanita lain.
Bahkan gosip lama yang menyatakan bahwa Jlo mencuri vokal dari penyanyi lain dan dimasukkan ke dalam lagu-lagunya, mulai kembali heboh dibicarakan. Hal ini pula yang memicu anggapan bahwa kariernya dibangun di atas manipulasi dan pengelabuan publik.
Awal Mula Hate Speech
Pada 2024, Jennifer Lopez mengalami kegagalan besar dengan album dan film terbarunya This Is Me... Now. Album tersebut, yang sangat dinanti sebagai kelanjutan dari This Is Me... Then (2002), hanya mencapai posisi ke-38 di Billboard dan segera terlempar dari chart, memaksa Lopez membatalkan promosi dan tur yang direncanakan.
Di sisi lain, film yang menyertai album ini menuai kritik pedas karena dianggap berantakan dan sulit dipahami, meskipun memiliki ambisi artistik tinggi. Film tersebut, yang memadukan elemen biopik, musikal, dan terapi, justru membuat banyak penonton bingung.
Adegan-adegan seperti sesi terapi dengan Fat Joe dan penampilan cameo dari berbagai selebritas seperti Post Malone dan Neil deGrasse Tyson juga dikritik sebagai terlalu “eksentrik” dan tidak relevan dengan cerita utama. Berangkat dari kegagalan album lagu dan filmnya, gelombang kebencian atau hate speech terhadap JLo mulai berkembang ke hal-hal lain seperti perceraian dan kemampuan vokalnya.