[caption id="attachment_393808" align="aligncenter" width="620" caption="http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=346260:belum-pasti-ketum-pan-divoting-atau-aklamasi&catid=17:politik&Itemid=30"][/caption]
Proses pemilihan Ketua Umum Partai Politik (Parpol) kata aklamasi sering menjadi trend topik akhir-akhir ini. Hasilnya adalah ketika kongres tersebut berlangsung semua berujung pada aklamasi dalam pemilihan Ketua Umum tersebut.
Bahkan dalam kenyataannya Partai Golkar untuk pertama kalinya melakukan aklamasi dalam dua kongres yang dilakukan oleh kedua kubu yang berbeda, yaitu ketika Musyawarah Nasional (Munas) di Bali, kubu Aburizal Bakrie dan Munas Ancol kubu Agung Laksono, dimana kedua kubu yang berbeda tersebut berhasil mendapatkan kesepakatan dengan hasil suara aklamasi dalam pemilihan ketua umum partai beringin tersebut.
Bukan hanya partai Golkar saja yang melakukan proses pemilihan secara aklamasi, melainkan beberapa parpol yang melakukan hal yang sama. Bahkan partai PDIP proses aklamasi untuk memilih Megawati Soekarnoputri juga dilakukan, begitu pula terhadap partai Demokrat yang masih berharap penuh Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi pilihan tunggal sebagai calon Ketua Umum. Demikian pula halnya dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang rencananya akan menggelar Kongres ke IV di pulau Dewata Bali untuk memilih Ketua Umum PAN periode 2015-2020.
Menanggapi adanya jalur aklamasi dalam proses pemilihan Ketua Umum PAN tersebut, Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Amien Rais mengatakan bahwa pemilihan Ketua Umum PAN pada akhirnya akan berujung aklamasi tanpa harus melalui votting suara.
Menilai tanggapan Amien Rais tersebut penulis beranggapan bahwa Aklamasi merupakan sebuah kesalahan besar, bahkan adanya proses aklamasi tersebut akan sedikit mereduksi nilai-nilai demokratis yang ada. Untuk itu kiranya proses aklamasi tersebut harusnya dirubah untuk memperoleh sebuah perubahan yang baik, dan harus mempunya sebuah proses dialektika.
Bahkan diperlukan proses pertentangan antara tesis yang disanggah oleh antithesis yang pada akhirnya berujung menjadi sintesis yang baik. Sintesis tersebut merupakan gerakan kemajuan yang biasanya akan lebih baik dari sebelumnya. Yang pada akhirnya mendapatkan tata cara demokrasi yang baik dan berkelanjutan.
Kiranya dalam proses pemilihan Ketua Umum PAN nanti diharapkan cara-cara aklamasi yang akan bergulir nanti dapat diantisipasi sedini mungkin, biarlah cara demokrasi dan hasil votting suara yang berlangsung. Penulis berharap siapapun figur yang nantinya akan menduduki kursi Ketua Umum PAN dapat memberikan kecerahan partai tersebut sesuai logo matahari terbit yang akan menyinari dunia.
Walaupun kita tahu dua nama besar yang akan bertarung antara Hatta Rajasa dan Zulkifli yang beredar di kubu PAN sangat santer terdengar, dapat dipastikan akan sengit. Namun kedua figur ini pastinya memiliki keunggulan-keunggulan yang pastinya akan mendorong pemilih PAN untuk memilihnya sebagai Ketua Umum nanti. Dan berharap besar dalam pemilihan nanti tidak ada kekisruan yang akan berakibat jeleknya partai tersebut.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H