Mohon tunggu...
Tommy Maulana
Tommy Maulana Mohon Tunggu... Buruh - bebas

sebuah keyakinan diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Realita Tergerusnya Idealisme

23 Oktober 2019   17:25 Diperbarui: 23 Oktober 2019   17:30 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kutipankatabijak.com

Apa yang ada dalam pikiran kita dengan arti idealisme. Idealisme merupakan sebuah gagasan yang telah diuji berulang-ulang, setelah itu dilanjutkan dengan disistematiskan. Idealisme sudah sangat jelas kearah mana kita melangkah, melalui bidang politik, ekonomi atau kebudayaan, yang sudah pasti jawabannya adalah ada di dalam diri kita masing-masing.

Melalui kumpulan artikel Sukarno yang berjudul "Di Bawah Bendera Revolusi" menjelaskan bahwa kita dituntut dengan berfikir jernih, dimulai dengan gagasan-gagasan yang brilian, konsep yang jelas dan dilanjutkan dengan action yang jelas pula. Namun pada kenyataannya sungguh sangat berbeda, masih banyak individu yang mengatakan dirinya idealis namun, di sisi itu jelas bahwa dirinya dianggap ngawur dan asal berani saja, pada akhirnya menghasilkan sebuah kekacauan.

Kita bisa saja setuju atau menolak apa yang dikatakan individu yang menganggap dirinya sebagai seorang idealis tersebut, kita juga bisa memberikan ruang kesempatan untuk dilaksanakan atau bahkan mengkoreksinya juga menyempurnakannya. Namun, kembali lagi dengan arti idealisme tersebut, kita sama saja seperti membuka sebuah peta buta. Semua seakan serba tidak jelas dan samar-samar. Bahkan bisa dikatakan siapa pejuang dan siapakah para petualang itu. Atau dapat diartikan mana yang bekerja membela kepentingan orang banyak, kelompok kepentingan ataupun untuk kepentingan dirinya sendiri.

Ide besar Sukarno sudah jelas, bahwa dirinya mengatakan bahwa kerja dan dan kristalisasi merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang. Jangan katakan komitmenmu dengan pidato, namun tunjukkanlah dengan kerja dan kinerja. Dari situlah kita dapat melihat bahwa apa yang kita inginkan dapat terwujud jika kita terus menjunjung tinggi nilai idealisme kita pada diri masing-masing.

Jika kita ingin diri kita menjadi politisi baik, sudah pasti kita menjadi baik pula dihadapan publik, jangan hanya melobby atau krasak-krusuk yang tidak jelas mau kemana dan pastinya hanya bertujuan untuk mendapatkan fee dan proyek semata. Dan sudah saatnya kita menghasilkan yang terbaik untuk bangsa ini, bukan hanya sekedar ikut-ikutan saja, sebab jika Idealisme itu sirna, niscaya berbagai bencana akan datang dengan sendirinya.

Maka sudah saatnya Idealisme yang ada di diri kita tidak boleh hilang hingga kapanpun, jika hilang sama saja orang itu disebut pragmatis, kenapa pragmatis? Sebab semua yang dilakukannya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.  Mereka terperangkap pada kegiatan menyimpang dari idealisme tersebut. 

Salah satu contohnya adalah korupsi, kolusi dan nepotisme, mereka menerobos semua jalan untuk kepentingan pribadi, tidak ada kata kebenaran, kejujuran dan keadilan. Mereka yang menyimpang dari idealisme tersebut hanya untuk kepentingan semata bahkan bisa dikatakan untuk kepentingan hari ini, berjangkauan rendah dan hanya bersifat terbatas saja.

Pandangan idealisme yang hilang bisa terlihat dari pengaruh lingkungan dan tuntutan kehidupan sehari-hari, yang pastinya seiring bertambahnya tuntutan hidup yang realistik maka sudah pasti idealisme itu sirna dengan sendirinya, apalagi kita paham benar bahwa tuntutan ekonomi untuk hidup di negeri ini sudah sangatlah sulit yang sudah pasti idealisme orang tersebut hilang dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menggadaikan idealisme tersebut.

Pada kesimpulannya adalah jika kita mengiinginkan menjadi seorang pemimpin yang baik hendaknya kita teguh pada pendirian kita yaitu dengan memegang teguh pada idealime yang baik demi kepentingan orang banyak. Dan jika kita ingin orang yang pragmatis belaka, sudah pasti hilangkan rasa idealisme itu, dan menanggung semua resiko apa yang dilakukannnya, seperti di cemooh, orang banyak. Dan kelakukan orang tersebut tidak layak menjadi seorang pemimpin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun