Jika kita berbicara tentang buku yang ada di sekolah, tentu kita akan mengingat satu tempat atau ruangan yang lebih melekat dengan sebutan ruang penyimpanan buku. Ya, Perpustakaan namanya. dari zaman ke zaman, Perpustakaan di Sekolah lebih indentik dengan sebutan ruang penyimpanan buku.Â
Seharusnya Perpustakaan Sekolah lebih cocok diberikan sebutan seperti ruang penyimpanan ilmu. Jika kita melihat Perpustakaan khususnya Perpustakaan Sekolah ini sangatlah memprihatikan, banyak sekali faktor-faktor yang menghambat dalam Perpustakaan untuk berkembang.Â
Pustakawan. Pustakawan adalah orang yang bergerak dalam bidang Perpustakaan, bisa dikatakan setiap yang bekerja di lingkup Perpustakaan adalah Pustakawan. walaupun tidak semua pekerja yang bekerja di Perpustakaan adalah seorang yang ahli dalam bidang Perpustakaan (Pustakawan). jika kita melihat sepak terjang Pustawakan khususnya pada zaman yang serba Digital During ini, tentu mereka harus lebih keras dalam hal berpikir kreatif dan inovatf untuk dapat terus mengembangkan Perpustakaannya.Â
Salah satu masalah terbesar dalam dunia Perpustakaan Sekolah pada saat ini adalah pesatnya kemajuan teknologi. Berdiri dengan kokoh diantara zaman Digital Native di setiap sekolah, Pustakawan dituntut untuk selalu bisa membawa peserta didik tetap pada jalur membaca dengan menggunakan media cetak/buku.Â
Akan tetapi hal tersebut sangatlah tidak mudah, mendapatkan informasi di zaman yang sudah sangat cepat dan mudah ini dan dengan lahirnya teknologi-teknologi yang serba canggih, kini peserta didik lebih memilih menggunakan media online untuk mencari sumber informasi atau berita daripada mereka harus membuka buku. berikut beberapa faktor penghambat pengembangan Perpustakaan Sekolah.
-  adanya buku-buku yang berwujud elektronik atau lebih dikenal dengan sebutan E-book yang saat ini mudah kita temukan disitus-situs  online.
- Â berada di zaman Digital Native yang serba sangat modern.
- Â Mesin pencari informasi di internet sudah sangat banyak.Â
Dari ketiga contoh permasalah yang sangat sering ditemukan seperti di atas, faktor penghambat nomor tiga akan berdampak sangat buruk bagi para peserta didik. Menerima sumber infomasi tanpa kita kaji ulang dapat mengakibatkan para peserta didik terkena informasi hoaxdan tentu juga akan melahirkan generasi-generasi plagiat dalam proses pembuatan Karya Tulis Siswa mereka.Â
Lalu apa yang harus dilakukan seorang Pustakawan dalam permasalah tersebut ?, Pustakawan dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif serta mengembangkan diri dalam pengembangan Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan Sekolah sekarang harus dapat melihat dan mencontoh Perpustakaan Umum, Perpustakaan Instansi di luar sana, dari segi sistem dan pelayanannya.Â
Seperti Perpustakaan Sekolah Avicenna Cinere dan Jagakarsa yang telah mengembangkan Perpustakaan Sekolah mereka selangkah demi selangkah. dengan motto Center of Knowledge, Perpustakaan Sekolah Avicenna kini telah aktif menjadi pusat pembelajaran seluruh civitas sekolahnya. apa saja pengembangan yang telah dilakukan Perpustakaan Sekolah Avicenna di zaman yang serba modern ini ?.
   1. Perpustakaan Digital
mengembangkan sistem Perpustakaan Sekolah ini adalah hal utama yang harus dahulukan, mengubah sistem Perpustakaan Sekolah yang sebelumnya serba manual kini Perpustakaan Sekolah harus sudah mempunyai sistem-sistem yang serba Digital,seperti pembuatan OPAC (Online Public Access Catalog), membuat Sosial Media yang aktif memberikan informasi kepada para anggota Perpustakaannya.
2. Mengadakan Kegiatan Pelatihan
3. Menjalin Kerjasama
4. Penambahan Jumlah Koleksi
Penambahan jumlah koleksi bahan pustaka di Perpustakaan pun juga harus diperhatikan, Penambahan Koleksi ini bisa melalui Pembelian atau Kerjasama Pengadaan Buku dari Penerbit-penerbit di luar sana. Agar koleksi Perpustakaan Sekolah kita tidak membosankan bagi peserta didik.
Dari contoh-contoh pengembangan diatas, Perpustakaan Sekolah pun masih bisa berdiri tegak di zaman Digital Native, dengan syarat Pustakawan harus aktif, kreatif, inovatif dan mau mengmbangkan diri mereka, serta melihat perkembangan-perkembangan yang telah banyak terjadi di luar sana. dengan demikian kita dapat mencegah dan mengurangi generasi-generasi yang sangat mudah terkena informasi hoaxdan generasi-generasi yang mudah melakukan plagiat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H