Kepulauan Kei, tidak ada dalam impian saya, untuk bisa berkunjung ke Kepulauan yang berada di Provinsi Maluku, tapi sudah berdekatan dengan Papua ini.
Bukan tidak masuk bucket list, tapi bepergian hingga ke tempat ini, jauh dalam pikiran saya. Tapi, kesempatan untuk ke Kepulauan Kei ini, akhirnya datang.
Pak Bupati Maluku Tenggara (yang sebentar lagi nama Kabupaten Maluku Tenggara berganti menjadi Kepulauan Kei) mengajak saya dan beberapa teman blogger untuk berkunjung ke sini.Â
Dan akhirnnya hari keberangkatan ke Kepulauan Kei tiba. Saya dan teman-teman blogger serta pegiat media sosial, akhirnya berangkat bersama dengan Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Taher Hanubun berangkat dari Jakarta.
Pak Bupati memang sedang berada di Jakarta untuk urusan pemerintahan Kabupaten yang dipimpinnya.
Perjalanan dari Jakarta ke Kepulauan Kei ini, butuh waktu kurang lebih lima jam. Kami dari Jakarta terbang ke Ambon dan kemudian sambung lagi ke Kepulauan Kei. Dari pesawat Jet berganti ke pesawat menggunakan propeller.
Setiba di Bandara yang berada di Langgur, Pulau Kei Kecil, Pak Bupati langsung bercerita. "Langgur ini memiliki sejarah. Ketika hendak merebut Irian Barat kala itu, basis pesawat yang akan menerjunkan pasukan ke Papua, berada di sini," cerita Pak Bupati.
Memang Bandaranya berbeda. Namun, Pulau Kei Kecil ini memiliki sejarah besar ketika hendak merebut Papua Barat dari Belanda. Sayangnya Bandara tersebut sudah tidak terpakai lagi.Â
Ketika tiba di Langgur, nama Bandaranya adalah Karel Sadsuit Tubun. Ketika melihat nama ini, saya langsung teringat dengan salah seorang Pahlawan Revolusi. Ternyata, Pahlawan ini berasal dari Kepulauan Kei.
Jujur saya, saya masih kaget. Kepulauan Kei ini, memiliki sejarah yang luar biasa. Seorang Pahlawan Revolusi juga terlahir dari Kepulauan Kei ini.
Hanya itu saja cerita dari Kepulauan Kei? Ternyata tidak. Pak Bupati juga bercerita, Kepulauan Kei, terutama Kei Kecil ini merupakan Pusat Misionaris Katolik.Â