Masih ingat keriuhan media sosial ketika Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa kemiskinan di Indonesia di bawah dua digit? Ketika itu BPS merilis bahwa data kemiskinan Indonesia adalah sebesar 9,82 persen. Yap! Kemiskinan berada di angka 9 persen, padahal biasanya di atas dua digit. Ini adalah data.
Kurang lebih tiga bulan berselang, Kementrian Perdagangan dan Bulog seperti terlihat perang soal beras. Impor beras masih terjadi, sementara gudang bulog sudah penuh. Ternyata ini juga adalah masalah data.
Masalah data ini, jujur saja sangat-sangatlah krusial. Mengambil kebijakan, tentulah harus menggunakan data. Kita tidak akan sembarangan menggelontorkan dana bantuan untuk orang miskin kalau misalnya kita tidak punya data soal kemiskinan.
Untuk mengukur tingkat kemiskinan saja sudah butuh data yang komplet. Misalnya data soal kebutuhan untuk transportasi, makan sehari-hari dan hal-hal lainnya.
Soal data inilah yang menjadi perhatian, salah seorang Anggota DPR RI, yang juga merupakan salah satu tokoh idola saya. Namanya Budiman Sudjatmiko. Mas Bud, saya lebih senang menyebutnya dengan begitu, kemudian menggagas Inovator 4.0 Indonesia. Pendeklarasian Inovator 4.0 ini dilakukan dua hari lalu, Kamis 20 September 2018 di sebuah galeri di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Saya tentu tidak menyia-nyiakan ajakan Cyril Raoul Hakim atau Bang Chico Hakim dan Mas Ananda Sukarlan untuk datang ke acara ini. Saya memang sudah pernah bertemu langsung dengan dua tokoh ini. Sementara Mas Bud? Belum pernah. Janjian bertemu awal Agustus lalu di Media Sosial batal terjadi.
Acara deklarasi Inovator 4.0 Indonesia ini mengambil tag line Kerja dan Membangun Indonesia Dengan Data. Wah! Mas Bud, ternyata sangat concern dengan data. Setelah acara usai, saya mendengar langsung dari Mas Bud ketika diwawancara oleh wartawan. Mas Bud terus menegaskan soal data. Data ini sangat penting.
Keinginan Mas Bud adalah, semua pemangku kepentingan di negara ini, semisalnya Kementrian, menggunakan data yang sama. Kementrian A, Kementrian B dan kementrian yang lain terkadang menggunakan data yang berbeda. Karena itu, Budiman sempat membahas soal perbedaan data antara Kemendag dan Bulog yang membuat terjadi "perang".Â
"Ternyata data yang digunakan berbeda".
Terkait data ini juga, Budiman mengatakan ada peran penting dari kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Data yang sudah ada dan ada unsur Artificial Intelligence tentunya akan semakin baik.
Yes! Data memang berbeda-beda. Dengan data yang lebih baik dan ada unsur Artificial Intelligence sudah pasti kita akan bisa bekerja dan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Buat Mas Bud dan tim, selamat atas deklarasi Inovator 4.0 Indonesia ini. Inovator Indonesia ini terdiri dari berbagai kalangan. Misalya Chico Hakim dengan sport Science dan Mas Ananda Sukarlan dengan keahlian di bidang seni. Â