Mohon tunggu...
Tommy Pangestu Firdaus
Tommy Pangestu Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hobby bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kerapan Sapi Madura

19 Juni 2024   21:12 Diperbarui: 19 Juni 2024   21:48 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Kerapan Sapi Madura telah banyak dikenal oleh masyarakat Madura, nasional bahkan internasional. Mereka datang dari jauh hanya ingin menjadi saksi kehebatan pasangan sapi dan joki beradu kecepatan di arena balap seperti sawah yang telah disiapkan sebelumnya oleh para panitia Kerapan Sapi. Kerapan Sapi rutin dilaksanakan pada bulan September untuk memperingati menjelangnya musim padi. Ada beberapa tingkatan lomba dalam Kerapan Sapi yakni tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, tingkat nasional, dan bahkan tingkat Piala Presiden. Di wilayah Madura sendiri biasanya dilaksanakan dalam tingkat desa dan tingkat kabupaten. Tingkat kabupaten biasanya dilaksakan di daerah Kota Bangkalan dan Kota Pamekasan, di Bangkalan sendiri biasanya Kerapan Sapi ini dilakukan di Lapangan Stadion R.P Moh. Noer dan di Pamekasan terletak di Stadion R. Soenarto Hadiwidjojo. Piala Presiden lebih sering diadakan di Pamekasan dan rata-rata urutannya dimulai dengan acara "Semalam di Madura" dengan menampilkan acara Kebudayaan Daerah seperti Tari Khas Madura dan lain sebagainya dengan mengundang para tokoh-tokoh yang berasal dari Pulau Madura.

          Kerapan Sapi Madura telah menjadi kebudayaan atau tradisi tiap tahun bagi Masyarakat Madura sejak jaman dahulu. Kebiasaan memacu binatang peliharaan sapi di arena sudah menjadi kegemaran penduduk Madura sejak zaman dahulu. Kerapan Sapi tidak hanya mengadu hewan sapi saja tetapi juga hewan kerbau yang biasanya perlombaan tersebut dilaksanakan di Pulau Kangean, walaupun nama dari perlombaannya tersebut adalah kerapan sapi. Sapi atau kerbau yang di adu cepat dikendarai oleh seorang penjoki yang dapat disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas kaleles atau tempat penjoki yang ditarik oleh sapi atau kerbau pacuan. Bagi masyarkat Madura pengertian dari kata kerapan adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Perkaitan kata kerapan diartikan sebagai adu/pacuan sapi karena pacuan binatang lain seperti kerbau tidak disebut kerapan, tetapi mamajir. Oleh sebab itu tidak pernah dikenal istilah kerapan kerbau. Kata Kerapan berasal dari kata Kerap  yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Ada pula opini lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab yaitu kirabah yang berarti persahabatan. Dalam pengertiannya yang umum sekarang kerapan adalah suatu atraksi atau perlombaan kecepatan sapi yang dikendarai oleh joki dengan menggunakan kaleles.

          Sejarah dari Lahirnya perlombaan kerapan sapi di Madura selaras dengan kondisi tanah pertanian yang luas dan tidak tandus saat musim hujam tiba. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang peliharaan seperti sapi atau kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi. Ada pendapat bahwa kerapan sapi sudah ada di Madura sekitar sejak abad ke-14. Disebutkan ada seorang kyai bernama Kyai Pratanu pada jaman dahulu yang telah memanfaatkan kerapan sapi sebagai sarana untuk mengadakan penjelasan tentang agama Islam. Oleh sebab itu fatwa filosofis yang dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem) yang harus berjalan bersamaan atau selaras agar jalannya tetap lurus yang dihubungkan agar manusia pun dapat berjalan lurus. Cerita lain mengatakan bahwa pada abad ke-14 banyak Masyarakat yang berjasa dalam menanamkan cara-cara berternak sapi yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya yang Bernama Pangeran Adi Poday. Putra lama yang mengembara di daratan Pulau Madura dan ia memanfaatkan pengalamannya di bidang pertanian di Pulau Sapudi sehingga pertaniannya semakin maju. Karena pertanian semakin maju dan sangat berkembang sangat pesat, maka dalam membajak lahan sawah para petani, para petani itu seringkali memanfaatkan kerapan sapi untuk membajak sawahnya tersebut dengan mengadakan lomba lomba untuk menyelesaikan perkerjaannya lebih cepat dan mengurangi biayanya. Kesibukan berlomba lomba untuk menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga rutinitas yang dilakukan Masyarakat Madura yang dapat jugaa disebut lomba adu cepat karapan sapi. 

          Di Pulau Madura, Kerapan sapi dibagi menjadi dua yaitu Kerapan sape Rajhe dan kerapan sape kene’. Kerapan Sape rajha (Kerapan Sapi Besar) umumnya dilaksanakan di kabupaten-kabupaten yang ada di Pulau Madura biasanya diadakan pada hari Minggu. Ukuran lapangannya dengan Panjang lapangannya adalah 120 meter, tetapi juga tergantung wilayah lapangan yang di pakai. Sedangkan Kerapan sape kene’ (Kerapan sapi kecil) biasanya Pesertanya adalah juara-juara kecamatan atau kewedanaan, Para pesertanya berasal dari daerah yang berapa di dalam Kawasan Pulau Madura. Sapi kerap dari luar daerah Pulau Madura tidak diperbolahkan untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dalam kategori ini yang diutamakan adalah kecepatan dan lurusnya. Kerap keni’ ini biasanya diikuti oleh sapi-sapi kecil dan baru belajar. Dan Pemenangnya merupakan peserta untuk mengikuti kerap rajha. 

          Kerapan Sapi di Pulau Madura mempunyai prosedur pelaksanannya yakni sebelum kerapan dimulai semua sapi kerap diarak atau dipacu memasuki lapangan dan berparade supaya dikenal. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi karena sudah ditambatkan, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian atau hiasan para sapi-sapi yang akan dilombakan. Sapi sapi itu diberi pakaian yang berwarna-warni dan diberi gantungan-gantungan hiasan di bagian leher sapi supaya berbunyi berdencing-dencing saat perlombaan. Setelah parade selesai, pakaian hias mulai dibuka dan hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat. Maka dimulailah babak penyisihan, yaitu dengan menentukan klasemen peserta, peserta biasanya pada babak ini hanya terpacu sekedar untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan “papan atas” atau “papan bawah”. Hal ini hanyalah merupakan taktik bertanding antar pelatih untuk mengatur strategi terbaik agar memenangi perlombaannya. Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak lagi ikut pertandingan babak selanjutnya. 

          Dalam mengatur taktik dan strategi bertanding ini masing-masing tim menggunakan tenaga tenaga terampil untuk mempersiapkan sapi-sapi mereka. Orang-orang itu dikenal dengan sebutan: (1) Tukang Tongko’:  Joki yang mengendalikan sapi pacuan saat di lintasan perlombaan. (2) Tukang Tambeng: orang yang menahan kekang sapi sebelum dilepas saat bertanding. (3) Tukang Gettak (Tukang pukul sapi): orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi itu melesat bagaikan anak panah. (4) Tukang Tonja: orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada kemauan pelatihnya. (5) Tukang Gubra: anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan. Mereka tidak boleh memasuki lapangan dan hanya sebagai suporter. Demikian sekilas tentang Kerapan Sapi yang berasal dari Pulau Madura, kerapan sapi ini merupakan acara hiburan tradisi Masyarakat Pulau Madura yang masih lestari dan masih rutin dilaksanakan Masyarakat Madura. Tradisi Kerapan Sapi berharap untuk kedepannya agar Masyarakat Madura tetap solid dalam bergotong-royong atau ber-musyawarah dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini juga  telah membawa akibat positif bagi masyarakat Madura di bidang ekonomi, kreatifitas budaya, dan sekaligus juga telah melestarikan penghargaan masyarakat terhadap warisan budaya nenek moyang Pulau Madura.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun