Mohon tunggu...
TOMITIUS TOMI
TOMITIUS TOMI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penyebab Sarjana Menganggur

7 April 2019   17:33 Diperbarui: 7 April 2019   17:39 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia adalah negara yang besar, selain besar Indonesia juga adalah negara yang kaya akan sumber daya. Indonesia Kaya akan sumber daya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Hingga saat ini jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 260 juta jiwa lebih, dan ini menjadi suatu keuntungan, karena dengan banyaknya jumlah penduduk diharapkan bisa menjadi mesin untuk memajukan bangsa dan negara.

Namun jumlah penduduk yang besar tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Sehingga jumlah pengangguran di Indonesia terbilang cukup tinggi di kawasan Asia tenggara. Menurut data BPS yang di rilis pada tahun 2018/11/05 tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 5,34 persen atau sekitar 7 juta lebih dari total penduduk Indonesia. 

Ironisnya 8,88 persen dari 7 juta pengangguran adalah tamatan Sarjana. Jumlah ini tentu akan terus meningkat mengingat jumlah  tamatan Sarjana yang setiap tahun selalu meningkat. Menurut Dirjen Pembinaan, Pelatihan dan produktivitas Kerja Kemanker, RI Bambang Satrio Lelono Lulusan sarjana mencapai  750 ribu sampai 800 ribu orang setiap tahunnya.

Lalu apa yang menyebabkan tingginya jumlah pengangguran di kalangan sarjana.? Penyebabnya adalah tamatan Sarjana tidak mau melaksanakan pekerjaan yang setara dengan tamatan SMA dan SMK. Mereka menganggap bahwa mereka memiliki kompetensi lebih tinggi sehingga harus mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.

Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat para pengangguran tersebut adalah para tamatan sarjana yang memiliki intelektual di atas masyarakat bisa. Tamatan sarjana yang seharusnya menjadi mesin penggerak, justru merekalah yang tidak bergerak dan hanya menunggu uluran tangan dan bantuan pemerintah untuk menyediakan pekerjaan bagi mereka.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar para tamatan stamata dapat teratasi atau diminimalisir.

Yang pertama di mulai dari seseorang saat masih kuliah, seorang mahasiswa seharusnya belajar dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki, seorang mahasiswa seharusnya sudah memiliki tujuan setelah ia menyelesaikan studinya.

Yang kedua seorang sarjana harus pandai mencari peluang dan menciptakan kesempatan bagi dirinya sendiri, pemerintah memang perlu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat tetapi seorang sarjana juga harus tahu bahwa pemerintah bukan sesuatu yang bisa memenuhi setiap kebutuhan semua warga negaranya, oleh karena itu seorang sarjana di tuntut untuk berfikir kreatif dan inovatif.

Yang ketiga seorang sarjana harus menguasai teknologi khususnya teknologi informasi, karena dengan menguasai teknologi membuat Kita menjadi suatu hal penting dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang memang memerlukan orang-orang yang berkompeten di bidang teknologi informasi, khususnya internet.

Yang keempat buang jauh-jauh rasa gengsi, jika kita punya kompetensi lakukanlah sesuatu yang sederhana dengan kompetensi yang kita miliki, pasti hasilnya akan seperti kompetensi yang kita miliki.

Kesimpulannya harus berfikir kreatif dan inovatif, dan menghindari gengsi yang tidak perlu, mahasiswa harus menciptakan kesempatan bagi dirinya sendiri dan menjadi mandiri jangan melulu mengharapkan uluran tangan pemerintah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun