Sektor properti khususnya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, semakin berkembang. Makin langkanya ketersediaan tanah untuk hunian, membuat makin menjamurnya apartemen. Harga hunian khususnya apartemen pun terus melambung tinggi.
Apartemen murah dengan banderol harga yang miring dan lebih terjangkau juga ikut terkerek naik harganya. Apartemen bersubsidi yang disebut Rusunami tak terkecuali. Komplek hunian berharga miring yang awalnya dijual 100 - 200 juta rupiah ini, sekarang terus bergerak naik secara berlipat harganya.
Apartemen murah berharga miring tersebut, khususnya yang bersubsidi seperti Rusunami, niat awalnya diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah yang memerlukan tempat tinggal. Namun, pada kenyataannya apartemen ini lebih banyak dibeli oleh kalangan menengah ke atas yang masuk kategori orang-orang berkantong tebal.
Banyak faktor yang menyebabkan distorsi kebijakan ini. Selain akses kepada informasi dan pendanaan, ada faktor lain seperti soal birokrasi, koneksi, dan lain-lain termasuk yang berbau kolusi. Akhirnya, apartemen murah berharga miring ini pun jatuh ke tangan orang-orang dari kalangan "The Have".
Oleh mereka, apartemen ini selain dimanfaatkan untuk bisnis juga untuk kepentingan Investasi. Tak jarang apartemen dengan harga miring dijadikan sebagai alternatif tempat kos yang disewakan kepada mahasiswa dan karyawan. Atau, bahkan ada juga sebagian yang tidak pernah menempati apartemen tersebut karena hanya mencari keuntungan investasi.
Dayatarik apartemen bagi banyak kalangan adalah karena fasilitas di apartemen umumnya cukup lengkap. Biasanya, fasilitas seperti kolam renang, jogging track, ruang kebugaran dan lain-lain yang sesuai dengan gaya hidup masa kini tersedia di komplek apartemen, bahkan yang termasuk berharga miring sekalipun.
Selain itu, kebanyakan komplek apartemen memiliki lokasi yang cukup strategis. Minimal, untuk apartemen termurah pun lokasinya memiliki akses tidak jauh dengan jalan raya terdekat.
Beberapa gambaran di atas, sepertinya bisa memberikan pemahaman mengapa apartemen murah dengan harga miring terus menjadi incaran banyak orang, khususnya dari kalangan yang disebut "The Have" tadi. Selain motif bisnis dan investasi, tuntutan gaya hidup juga menjadi motif penting terutama bagi anak-anak muda.
Kalangan muda dari keluarga berada yang sedang bersekolah di jenjang perguruan tinggi sangat meminati apartemen yang lokasinya berdekatan dengan kampus mereka. Demikian juga dengan karyawan muda yang memiliki kemampuan ekonomi memadai. Selain sewa, tak jarang sebagian dari mereka juga berani membeli apartemen murah yang terjangkau.
Bagi kalangan muda perkotaan, ukuran tempat tinggal tidak terlalu menjadi masalah. Mobilitas mereka yang relatif tinggi cenderung membuat kalangan muda lebih mementingkan faktor lokasi dan kelengkapan fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan gaya hidup mereka.
Adanya distorsi implementasi kebijakan yang membuat peruntukan apartemen murah, khususnya yang bersubsidi, tidak sesuai rencana, sepertinya telah ikut menyebabkan perlambatan pembangunan apartemen bagi kalangan menengah ke bawah. Adanya kebijakan baru pemerintah yang menentukan harga jual Rusunami dan rumah bersubsidi melalui program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) boleh jadi merupakan langkah koreksi pemerintah menyikapi realitas yang ada.