Mungkin, "diam itu emas, Nak.." Ketika hening dapat menjawab, maka Ia akan menjawab 'emas' dengan sinarnya. Mungkin, "tajam itu perih, Sayang.." Ketika perih dapat mengucap, maka Ia hanya mengucap Istighfar. Mungkin, "sayang itu bertahan, Cinta.." Ketika rasa itu mulai dapat menjawab, maka Ia akan bertahan dengan Sayangnya. Itu dahulu, beberapa tahun yang lalu, bulan lalu, atau bahkan hari kemarin.. Itu dahulu, teman. Sebelum kesempatannya berkata: "tajam itu perih, rasakan, dan Kamu akan bertahan, Sayang.." Namun mungkin saja kemarin, kala itu.. Ketika Malaikat mengetuk dan menuntunnya berjalan, ketika helaian jiwa menari di atas Raganya, ketika Ayat-Ayat Allah menyunggingkan senyumnya, dan ketika hitam, merah, jingga, hijau, dan biru menjadi hanya putih, ya..Mungkin saja..Ketika: "terima kasih, Yangti sudah cantik dan bahagia di sini" tak terungkap, hanya kerendahannya yang diwariskan, bahwa bukan pencapaianlah yang bersuara, namun pelajaran yang membawa pencapaian lah yang bergema. Jakarta, 17 Agustus 2011 terinspirasi dari Almarhumah Yangti, 1937-2 Agt 2011 Smoga Allah SWT slalu menempatkan Yangti beserta Yangkong dan Uyut di tempat terindah dan nyaman di sisi-Nya. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H