Mohon tunggu...
Muhammad Fatkhurrozi
Muhammad Fatkhurrozi Mohon Tunggu... Insinyur - fantashiru fil ardh

Pengamat politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sumber Kegagalan Pergerakan Mahasiswa: Pragmatisme

21 Maret 2015   14:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rezim berganti rezim, 1/4 milyar manusia negeri Ketoprak masih menggantungkan harapan, menungguSatria Piningit yang konon bisa mengembalikan romantisme Nusantara dulu. Beberapa bulan lalu, mereka sempat sumringah punya presiden baru. Namun kini semua berubah. Pujian berganti celaan, harapan berganti kecemasan. Tidak berlebihan, elpiji naik, TDL naik, kereta api naik, apa-apa naik, rakyat yang selalu tidak sabar itu tidak mampu menahan lapar yang sudah ditahannya sejak rezim yang sudah-sudah. Ya, kini Presiden yang konon 'karbitan' itu sedang digoyang.

Citra kuat blusukan perlahan disadari hanyalah topeng. Sementara spanduk-spanduk di dunia nyata maupun dunia maya isinya kurang lebih sama, menuntut pencopotan jabatan presiden negeri Ketoprak ke-6 itu. Tinggal tunggu waktu untuk semua tuntutan memuncak, dan semua bergerak. Tak terkecuali mahasiswa. Sejak dulu negeri Ketoprak ini selalu punya sejarah sendiri. Mereka punya gerakan mahasiswa, student movement, yang tidak dimiliki oleh hampir semua negara di dunia. Revolusi Bolshevik di Rusia, Revolusi Prancis di Prancis, dan banyak revolusi terkenal lainnya semuanya bertenagakan kaum dewasa yang sarat kepentingan pragmatis golongannya, bukan mahasiswa yang tulus ikhlas -kadang polos- untuk kebaikan negerinya.

Mahasiswa di negeri Ketoprak selalu diharap-harap menjalankan tugas sejarahnya, agent of change. Peristiwa '66 dan '98 merupakan kenangan yang sudah terlanjur mantap di hati masyarakat. Waktu itu, tuntutan bubarnya Orde Lama oleh mahasiswa yang disambut gayung oleh Sang Jenderal berujung pada peresmian Orde Baru. Percaya tidak percaya, Orde Baru yang sempat memberi harapan juga harus bubar juga karena mahasiswa. Dua peristiwa tersebut setidaknya memberi citra, mahasiswa di negeri Ketoprak sejatinya bisa diharapkan.

Masih Pragmatis

Dapat kita lihat hingga hari ini negeri Ketoprak belum bisa dibawa kepada perbaikan hakiki. Perjuangan panjang mahasiswa selalu 'dibajak'. Tumbangnya Orla maupun Orba ternyata menyisakan problema. Setiap rezim pengganti masih mengulang SOP yang sama, mengikuti arahan asing sembari mencitrakan diri sebagai pro rakyat. Solusi mahasiswa masih sekedar "asal bukan presiden-A, B, atau C", sama sekali tidak menyentuh akar persoalan. Pragmatisme pergerakan mahasiswa terlihat karena masih digunakannya alasan 'tuntunan perut' untuk menjadi asas pergerakan. Menolak BBM naik karena apa? Ya ujung-ujungnya agar rakyat bisa sejahtera, bisa makan tiga kali sehari. Ini jelas masih pragmatis.

Padahal Buya Hamka pernah bertuah, bahwa jika hidup hanya sekedar hidup, maka kera di hutan pun juga hidup. Manusia yang hanya hidup untuk memenuhi kebutuhan perut -dan sejengkal di bawah perut- tidak ubahnya dengan hewan. Bekal akal dari Sang Khaliq hendaknya menjadi titik awal, memikirkan arti sejati kebahagiaan hakiki.

Di sudut lain, kini mahasiswa sedang bergelut dengan beban akademis yang kian mencekik. Garis perjuangan politik mahasiswa memasuki fase jenuh. Mungkin mereka sudah capek dengan pergerakan politik yang seolah tak membuahkan hasil. Dianggap sudah tidak relevan, kini turun ke jalan hanya dianggap pekerjaan mahasiswa yang IP nya pas-pasan. Yang penting dilakukan saat ini adalah lebih cepat lulus lebih baik.

Kalaupun ada waktu kosong, beberapa mahasiswa akan lebih memilih bikin acara kampus yang meriah. Sukur-sukur kalau masih ada hubungannya sama keilmuan, riset, atau pengabdian masyarakat, lha yang sekarang ngetrend malah acara pentas musik atau pawai mengarak wisudawan (seperti di IT* yang bahkan perisiapannya berbulan-bulan). Mungkin mereka tidak ingat, bahwa mereka adalah 23% pemuda beruntung di masanya yang bisa mencicipi bangku kuliah. Semakin miris lagi, kini mahasiswa makin sibuk menjadi penonton bayaran di acara talkshow TV. 

 

 

Butuh Ideologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun