Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Money

Organisasi Petani Indonesia yang Menakutkan Amerika (Bukan ISIS)

21 Agustus 2014   13:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:59 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebuah organisasi petani  di Eropa dapat mengoyang pemerintah. Seperti halnya organisasi  petani yang memaksa pemerintah Inggris merubah kebijakannya terkait susu setelah memboikot penjualan susu  bertepatan dengan Olimpiade musim panas 2012 yang membuat harga susu di negara tersebut melesat tinggi.

Namun di Indonesia organisasi petani masih jauh dari itu. Hanya Gapoktan yang tidak memiiki gigi ketika berhadapan dengan swasta apalagi mendorong perubahan kebijakan pemerintah. Kalaupun ada berbagai asosiasi petani, seringkali petani tidak merasa terwakili oleh organisasi tersebut dan seringkali menjadi alat politik.

Hanya saja saya yang cukup mengejutkan ternyata adanya sebuah organisasi petani yang berbasis desa yang mampu mengorganisir petani menjadi  kekuatan ekonomi. Nama organisasi petani tersebut adalah  Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEMS).

LEMS ini adalah organisasi petani berbasis desa, dengan komoditas utama adalah kakao.  LEMS ini terbentuk pertama sekali pada tahun 2009 yang berdiri dengan tenaga, modal dan sumber daya lainnya yang sepenuhnya berasal dari petani atau masyarakat. Bukan dibentuk sebagai prasyarat adanya bantuan dari pemerintah. Namun yang menarik, organisasi yang berbasis desa ini kemudian saling terintegrasi pada tiap kabupaten, dan hingga Provinsi. Sehingga LEMS ini memiliki kebijakan terpusat yang akan dijalankan seluruh LEMS yang ada.

Secara kelembagaan dan tingkat militansi, LEMS tidak berbeda dengan ISIS yang saat ini ramai diperbincangkan. Mampu mengembangkan selnya dengan cepat dan membangun dukungan secara idiologis, menarik pengikut dan pendukung dengan cepat. Dipahami bahwa ini adalah murni gerakan social yang aksinya layaknya gerakan revolusi petani di Amerika Selatan, muncul atas inisiasi  petani. Hanya LEMS  bersifat radikal untuk membela petani secara ekonomi dan bukan untuk mengangkat senjata.

Sekali lagi ini bukan konsep dan jaringan ini sudah ada. Dimana saat ini sudah terbentuk 62 LEMS berbasis desa  di Sulawesi Tenggara. Dan terus menyebar layaknya virus.

Tapi tidak banyak yang menyadari jika organisasi yang berisikan para petani ini sudah menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Bahwa pada tahun 2014 ini LEMS sebagai jejaring telah melakukan kontrak kerjasama dengan pabrik pengolahan kakao miliki Kalla grup dengan pasokan hingga 30.000 ton biji kering. Jumlah yang fantastis bukan.

Menjadi Kekuatan Menakutkan

Beberapa tahun yang lalu, sebuah perusahaan  global mencoba menjalin relasi bisnis LEMS dan menyatakan ingin membeli biji petani. Lalu fasilitator LEMS di tingkat Provinsi melakukan negosiasi harga. Tentu perusahaan tersebut berusaha menekan harga. Fasilitator LEMS dengan stok yang sangat besar meminta harga yang lebih baik. Perusahaan enggan karena harga itu tidak masuk akal, meskipun tidak merugikan perusahaan. Negosiasi gagal.

Tapi perusahaan tersebut tidak kehabisan akal , mereka mencoba membeli biji langsung dari petani. Hal ini terinfo ke fasilitator Provinsi dan segera melakukan aksi tangkisan dengan mengirimkan sms ke seluruh ketua LEMS untuk tidak melakukan penjualan perusahaan tersebut. Hal itu dipatuhi , sehingga perusahaan gagal mendapatkan stok.

Demikian juga ketika sebuah perusahaan yang telah mengikat kontrak lalu pada saat pelaksanaannya melakukan berbagai  potongan yang merugikan petani, fasilitator LEMS murka dan bertindak cepat. Protes dan boikot pasokan ke pabrik yang bersangkutan.

Kekuatan LEMS ini telah mampu menarik perusahaan pengolahan kakao untuk keluar dari singgah sana emasnya, tidak lagi memanfaatkan para pengumpulnya untuk berkomunikasi dengan petani, namun bersedia dengan rendah hati bernegosiasi dengan petani. Inilah cerminan kekuatan LEMS.

Lalu bagaimana LEMS ini menjadi kekuatan yang menakutkan?

LEMS tumbuh secara pesat dan cepat, merambat di berbagai desa di Sulawesi Tenggara dan ada juga yang sudah menyebar ke Sulawesi Barat. Ini adalah organisasi sosial yang cepat mendapatkan simpati masyarakat. LEMS di sisi lain sudah mendapatkan dukungan dari berbagai lembaga untuk mendirikan resi gudang, berminta dengan perusahaan pupuk dan perbankkan, bahkan BI menjadikah  LEMS sebagai objek kajian oleh karena kekuatan ekonominya.

Visi dari fasilitator dan inisiator LEMS, Bapak Bambang, 5 tahun mendatang LEMS ini menjadi kekuatan ekonomi massa yang tidak hanya mampu bernegosiasi dengan perusahaan namun juga memberikan efek terhadap pembentukan harga. Bagaimana ini bisa terjadi?

Menurut  Bapak Bambang ketika LEMS sudah melibatkan banyak petani yang memiliki kebun kakao dengan luasan hingga ratusan ribu ha, dengan adanya resi gudang, kemampuan komunikasi yang efektif, dukungan berbagai pihak swasta maupun elit lokal dan kekuatan finansial yang luar biasa, maka LEMS bisa mengatur pasokan produk, tugas yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga. Dan pengelolaan setok hingga 200 ribu ton akan memberikan efek yang luar biasa terhadap tata niaga kakao nasional.

Hanya saat ini beberapa kekuatan besar dari luar negeri mulai gerah akan keberadaan LEMS. Hal itu dibenarkan Bambang. Aksi yang terlihat nyata, mulai mendirikan organisasi tandingan yang didukung puluhan perusahaan pengolahan, dan hingga berbagi upaya melemahkan LEMS dengan merusak integrasi LEMS itu sendiri melalui kekuatan fulus. Menurut Bambang banyak oknum yang menarik perhatian petani agar bertindak di luar LEMS atau lebih melibatkan diri pada organisasi lain dengan daya tarik pembelian.

Misalnya suatu ketika LEMS tengah menjalin kerjasama dengan pabrik untuk menjual dalam bentuk biji kakao fermentasi, yang notabene mutunya lebih baik. Namun pada saat yang bersamaan, ada banyak oknum, yang kabarnya perpanjangan tangan perusahaan di dalam maupun di luar negeri, bersedia membeli biji kakao asalah seharga biji kakao fermentasi,  bahkan ada yang nekat membayar lebih. Tujuannya agar upaya LEMS memasok ke pabrik mitranya menjadi lemah, sekaligus melemahkan integrasi organisasi. Namun upaya tersebut hampir berhasil, atau dengan kata lain gagal dengan adanya aksi tanggap dari para ketua LEMS di tingkat desa.

Bambang meyakini keberadaan LEMS ini tidak saja diperhitungkan namun juga dikhawatirkan oleh kapitalis asing termasuk beberapa diantaranya perusahaan asal Eropa dan Amerika, yang membutuhkan biji kakao Indonesia dalam bentuk tidak bermutu, berharga murah. Para kapitalis memang mengharapkan Indonesia hanya menjadi sumber kakao pencampur, terbukti bahwa kakao asal Indonesia adalah produk yang tidak ditenderkan di pasar dunia dan harga pembeliannya di bawah biji kakao dari Afrika.

Namun dengan adanya LEMS, petani diarahkan untuk memasok biji kakao bermutu,sehingga dapat memperbaiki citra kakao nasional. Selain itu kemampuan menghimpun dan menyimpan biji kakao dalam jumlah besar  adalah ancaman lain. Padahal saat ini ada  lebih dari 13 perusahaan pengolahan kakao yang beroperasi di Indonesia dan membutuhkan bahan baku sangat besar yang beberapa diantaranya berasal dari Amerika Serikat.

LEMS ini adalah contoh bagaimana petani bisa menakutkan kekuatan besar,  para kapitalis tanpa adanya pemerintah yang turut serta mendamping ketika lembaga ini menghadapi hantaman para pemilik modal besar bahkan kartel tingkat internasonal. LEMS ini patut menjadi prototype pengembangan dan pemberdayaan petani maupun masyarakat di tempat lain. Hanya pemerintah belum sepenuhnya menyadari kekuatannya dan menyamakan dengan berbagai organisasi petani yang ada. Bahkan ada pejabat yang seharusnya menjadi pembina LEMS memilih tidak hadir dalam acara penting LEMS yang sukses menghimpun lebih dari 3000 orang petani anggota, karena dianggap acara tersebut dan mungkin organsasi yang menjadi fokus kegiatan tersebut tidak menarik karena tidak bersifat proyek fisik. Ironis!.

Info lebih lanjut tentang LEMS hub Kakao Indonesia via email kakaoindonesia1@gmail.com ( atau buka www.kakao-indonesia.com )

Twitter: @hendrasipayung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun