Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Peluang Emas di Balik Gaji yang Kecil

7 Maret 2017   21:21 Diperbarui: 15 April 2019   14:37 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar:Tech Pilot Fund

Jika kau bersedia melakukan lebih banyak dari pada bayaranmu, akhirnya kau akan dibayar untuk melakukan lebih banyak dari pada sekarang---Penulis Tak Dikenal

Sebagai seorang pekerja sering saya mendengar keluhan sesama pekerja tentang gaji yang kecil--- mungkin saya juga terkadang mengeluh walau seingat saya tidak pernah--- belagu! Memang iya sih tak ada alasan buat saya untuk mengeluh, karena saya hanya lulusan SMA, digaji sesuai dengan UMK (Upah minimum Kota) ya memang sudah sewajarnya segitu. Masa saya minta digaji puluhan juta, udahlah tak usah bercanda.

Semua orang pasti ingin bekerja dengan gaji yang besar, sudah pastilah itu.Itu sebab banyak jobseekers yang berduyun-duyun melamar pada perusahaan-perusahaan bonafit. Seperti melamar jadi Pegawai Negeri Sipil dan melamar ke perusahaan negara misalnya. 

Kalau tidak percaya coba lihat saat ada jobfair, pasti banyak pelamar yang mengantri di depan stand perusahaan ternama, dengan harapan dapat diterima bekerja di sana.

Apalagi untuk mereka yang baru lulus kuliah, pasti menjadi kebanggan tersendiri bisa langsung bekerja di perusahaan yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Lalu bagaimana jika pada kenyataannya, kita malah terjebak di sebuah perusahaan yang namanya pun baru sekali ini kita dengar. ”Ini perusahaan apa sih? Kok kecil banget kantornya. Mana gajinya kecil lagi, mana cukup buat beliin kamu coklat, huhfftt.” Begitulah mungkin kita mulai menggerutu.

Tapi ada sebuah cerita menarik yang diceritakan oleh Jack Canfield dalam bukunya “The Success Principles.” Suatu hari produser televisi dan penulis naskah Stephen J. Cannell mempekerjakan 2.000 orang remaja berbakat lulusan sekolah film untuk melakukan pekerjaan di ruang surat dan pekerjaan serabutan lainnya. 

Sering Cannell mendengar tentang keluhan upah awal sebesar $ 7 per jam, atau tentang banyaknya pekerjaan lembur yang harus dilakukan dari karyawan-karyawan baru yang dipekerjakannya.

Hal itu membuat Cannel berpikir: wah mereka tidak mengerti.Pekerjaan ini, upah mereka, serta perusahaanku hanya ada disini untuk waktu yang singkat dalam kehidupan mereka.Mereka sebenarnya bisa mengubah pengalaman ini menjadi sebuah landasan luncur yang sangat bagus.Alih-alih mengeluhkan hal-hal jangka pendek seperti uang.

Mereka bahkan tidak mengerti bahwa tingginya prestasi mereka dalam kehidupan bisa sangat ditentukan oleh berapa banyak waktu dan usaha yang mereka kerahkan di lantai bawah dalam ruang suratku.

Suatu hari Cannell mulai mendengar kabar tentang seorang tenaga kerja diantara 2.000 orang anak muda yang dipekerjakannya itu. Orang-orang bertanya pada Cannell, ”Apa kamu sudah pernah bertemu dengannya?” Tak lama kemudian Cannell mendengar tentang etos kerjanya, perilakunya, dan semangatnya. Dia adalah salah satu pekerja yang selalu berusaha memberi pelayanan ekstra dan selalu memasang telinga untuk proyek-proyek yang perlu dikerjakan.

Saat Cannell membutuhkan setelan jas yang perlu dicuci untuk sebuah acara keesokan harinya jas itu sudah tergantung dalam keadaan bersih. Ketika dia mendengar bahwa seorang sekertaris perlu ke bank saat itu juga, dia menawarkan diri untuk mengantarkan cek tersebut. Meski begitu dia tak pernah meminta kompensasi ekstra atau mengumumkan jasanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun