Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Lebih Baik Diam daripada Pura-pura Bahagia

9 Agustus 2016   19:40 Diperbarui: 15 April 2019   13:56 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (www.linkedin.com)

Walaupun tak terlalu aktif di media sosial dan media komunikasi lainya semacam BBM, Line, dan WhatsApp, sesekali kalau lagi bingung mau ngapain, saya juga suka ngepoin status orang di berbagai media, seperti Facebook, BBM, dan Instagram. 

Ada status-status yang cukup menarik perhatian saya akhir-akhir ini, misalnya seperti beberapa orang yang saya kenal walau tak cukup dekat, ada yang membuat status dengan kata-kata yang memberi kesan bahwa dia sedang bahagia. 

Beberapa di antaranya saya tahu baru saja mengalami masalah asmara, kasarnya diputusin dan ditinggal kekasih.

Untuk mempertegas status dan keadaanya saat ini, tak cukup dengan kata-kata, mereka pun turut mengganti fotonya dengan tampang bersuka ria. Kadang gambar sedang tersenyum, setelah diberi beberapa efek agar terlihat kinclong, lalu di-posting-lah di berbagai media. 

Jujur saya tidak tahu apa maksud dari semua ini. Memang bukan urusan saya sih, tapi kalau boleh sedikit saya berkomentar kok kayak maksa ya. 

Contohnya, dari beberapa status yang saya baca, dia posting sebuah foto lalu dikuti kata-kata yang mengesankan bahwa dia sedang bahagia. Agar lebih ekspresif, digunakanlah berbagai emoticon yang berbinar-binar. 

Eh, tapi di ujung statusnya tertulislah, "siapakah jodohku, siapakah kelak yang menjadi imamku." Untuk saya pribadi, hal ini bukan mengesankan sebuah kebahagiaan seperti yang ingin ditunjukkan sang pembuat status, melainkan malah menunjukkan bahwa dia belum move on, masih terpuruk, kesepian, dan tidak benar-benar bahagia. 

Apalagi buat saya yang tahu apa yang sedang mereka alami. Bahkan orang-orang yang tadinya tidak tahu malah menjadi tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

Orang-orang seperti ini menurut saya harus dikasihani bukan dihakimi. Memang di satu sisi, dengan mengekspresikan apa yang tengah kita alami dapat mengurangi beban yang harus kita tanggung. 

Itu sisi positifnya. Tapi di sisi lain, akan lebih baik kalau kita menulis kata-kata bijak yang memang lagi kita butuhkan sebagai afirmasi agar menguatkan diri, bukan membuat status yang mengesankan kalau kita sudah move on, sudah bahagia, atau sudah bisa melupakan yang lalu-lalu.

Kalau memang benar demikian sih nggak apa-apa, tapi kalau hanya untuk kamuflase gimana? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun