Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Apa Alasan yang Tepat untuk Resign dari Pekerjaan?

29 Juli 2017   22:49 Diperbarui: 15 April 2019   15:04 11834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: christopherlewer.com

Berpikir untuk resign dari sebuah pekerjaan yang telah lama kita jalani tentu bisa membuat gusar. Berhenti dari sebuah pekerjaan, terlepas apakah kita sudah lama bekerja di sana atau belum bukanlah sebuah keputusan yang mudah untuk diambil. Alasannya, bisa jadi karena memang kita membutuhkan pemasukan rutin setiap bulan dikarenakan berbagai tanggungan. Alasan lain, bisa jadi karena mencari kerja itu tidak mudah, sudah malas beradaptasi di tempat baru, merasa sudah tak lagi muda, dan takut tak mendapatkan pekerjaan baru yang sesuai dengan keinginan.

Yang jelas ada banyak faktor yang membuat langkah kita berat untuk keluar dari sebuah pekerjaan. Faktor lain mungkin adalah sesuatu yang lebih pribadi, misalnya, seperti belum siap meninggalkan sahabat-sahabat di kantor karena sudah cukup lama bekerja bersama. Belum lagi pertanyaan yang muncul dari keputusan kita untuk resign, apakah keputusan yang kita ambil hanya berdasarkan pertimbangan emosional belaka? Mungkin kita baru saja cekcok dengan teman sekantor, lalu karena kejadian itu akhirnya timbul keinginan untuk mencari pekerjaan baru.

Untuk memastikan bahwa kehidupan kita di waktu yang akan datang akan baik-baik saja maka kita butuh keputusan yang tepat. Maka pertimbangan untuk segera resign, terlepas dari apapun alasannya selalu dibarengi dengan rasa was-was,”Apakah keputusan saya untuk resign sudah tepat? Kalau hanya karena faktor emosi belaka tanpa pertimbangan yang matang, bukankah itu hanya akan merugikan diri saya sendiri?” Selama kita belum mengambil keputusan untuk tetap tinggal atau pergi, maka percayalah, kita akan jadi pekerja yang mendua hati (eaa).

Tubuhnya di sini, tapi pikirannya entah dimana. Kerja jadi tidak fokus dan tidak maksimal. Oleh sebab itu memantapkan hati adalah sesuatu yang penting, dengan begitu kita pun akan bekerja dengan perasaan damai. Tidak mudah memang meninggalkan sebuah tempat dimana kita telah menghabiskan sebagian besar kehidupan kita. Sehingga alasan yang tepat apakah kita harus resign atau tidak hanya bisa dijawab oleh pribadi kita masing-masing.

Nah, namun sebagai seorang kuli yang sudah sering mengundurkan diri dari berbagai pekerjaan, saya ingin berbagi pandangan, syukur-syukur bisa jadi guidance bagi teman-teman yang masih bingung untuk resign dari pekerjaan saat ini atau tidak. Apa yang saya bagikan berdasarkan pengalaman pribadi saja. Lalu faktor apa saja yang bisa kita jadikan alasan untuk resign dari pekerjaan, sebuah alasan yang kita harap tak membawa kita pada sebuah kesalahan.

Pertama,jika saat ini kita menjalani sebuah pekerjaan yang menggerogoti kesehatan kita, maka keinginan untuk resign bukanlah sebuah keputusan yang emosional. Buat apa kerja kalau pekerjaan tersebut lambat laun hanya akan membunuh kita. Apalagi kalau pekerjaan itu tak membuat kita mendapatkan asuransi kesehatan (atau semacamnya). Memang pada dasarnya semua pekerjaan memiliki resiko untuk tubuh. maksud saya bukan kalau kita bekerja jadi satpam maka kita akan segera resign karena jadi satpam kan harus kerja malam jadi pasti tidak sehat untuk badan

Kalau semua satpam berpikir begini kan keamanan kita bisa terancam karena tidak ada sosok yang berjaga-jaga. Bukan pula supir angkot harus berhenti narik karena takut masuk angin. Maksud saya di sini adalah, sesuaikanlah kemampuan tubuh kita dengan pekerjaan yang kita geluti. Saya sendiri dulu pernah bekerja di sebuah toserba, secara umum bekerja di toserba ini sih aman buat kebanyakan orang. Tapi buat saya yang kebetulan waktu itu alergi dingin, pekerjaan itu amat menyiksa saya. Saya jadi rentan sakit karena bekerja di lingkungan ber-AC.

Oleh karena tolak ukurnya bukan pekerjaannya apalagi perusahaannya. Melainkan kondisi fisik kita. Untuk sementara waktu mungkin tubuh kita sanggup menahannya tapi lama-kelamaan pasti tepar jugakan. Jadi saran saya, mencari sebuah pekerjaan lain yang tidak menggiring kita pada kondisi sakit bisa jadi pertimbangan tepat untuk resign dan mencari pekerjaan baru.

Kedua,masih muda dan masih memiliki ambisi untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion, juga bisa jadi alasan yang tepat. Inilah enaknya kalau masih muda, selalu ada alasan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik sampai suatu saat merasa kepentok umur buat melamar-lamar sebuah pekerjaan.

Ini menyangkut idealisme sih ya. Ada orang yang memiliki prinsip yang penting bekerja dan dapat uang. Namun ada juga yang ingin tak sekedar mencari uang, ada yang ingin lebih. Ada yang ingin menjalani pekerjaan dengan gairah. Maka orang-orang seperti ini harus bekerja sesuai dengan passionnya. Sekali lagi semua kembali pada pilihan masing-masing orang.

Ketiga,ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Misalnya saat ini kita bekerja di sebuah perusahaan dengan jabatan pramuniaga karena memang melamarnya pakai ijazah SMA. Lalu setelah akhirnya lulus Strata 1 dan jadi sarjana ingin mencari pekerjaan yang jenjang karirnya lebih tinggi, menurut saya ini pun adalah alasan yang tepat untuk mencari petualangan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun