Beberapa hari yang lalu saya kedatangan atasan dari Jakarta.Ini adalah hal yang rutin terjadi.Seperti biasa akan ada meeting dan kami diwajibkan untuk melakukan presentasi.Tujuannya tentu tak lain dan tak bukan adalah untuk melihat hasil kerja kami beberapa bulan ke belakang.
Kalau sudah meeting begini pokoknya siapin mental aja deh, pasti akan banyak pertanyaan yang harus mampu kami berikan jawabannya.Setelah meeting dua hari tibalah saatnya closing statement karena beliau harus pulang ke Jakarta.Evaluasi dan motivasi disampaikan.
"Kerja itu untuk diri sendiri, bukan untuk perusahaan, perusahaan sudah banyak duitnya.Kejar insentif sebanyak-banyaknya.."Demikianlah meeting kami berakhir sore itu, dan ditutup dengan sekantor ditraktir bos makan diluar.
Saya tidak tahu apakah petuah diatas bisa ditangkap atau relate dengan banyak orang.Tapi bagi kami yang bekerja sebagai seorang marketing, nasehat di atas sudah seperti sebuah pedoman.
Sebab orang marketing tidak mengejar gaji, sebab gaji sudah pasti dibayarkan setiap bulan.Yang dikejar orang marketing adalah insentif, bonus atau komisi.Orang marketing hidup itu hidup dari bisnis.Dia harus terus berproduksi, kalau tidak seleksi alam akan berlaku, dipecat atau dibuat tidak nyaman biar mengajukan resign.
Seorang sales diberi target dan dominan kerja di lapangan.Sehingga cukup jauh dari pengawasan.Maka kerja untuk diri sendiri dan bukan untuk perusahaan adalah sebuah premis untuk menyadarkan: kalau kamu kerja bagus itu hasilnya untuk kamu, kalau kamu kerja asal-asalan juga hasilnya yang menikmati kamu.
Itu sebab petuah di atas begitu powerfull bagi kami di kantor.Bahkan General Manager kami pernah berujar,"Jika saya taruh monyet di meja ini jadi atasan kalian, kira-kira kalian tetap bekerja seperti biasa nggak?"
Jawabannya adalah "ya tetap bekerja sebagaimana harusnya."Artinya kita bekerja bukan karena ada atasan atau atasannya siapa.Ada atau tidak ada atasan kita tetap harus bekerja sebagaimana mestinya.Bahkan kasarnya, sekalipun perusahaan menaruh monyet sebagai atasan kita, toh kita harus tetap bekerja sekalipun monyet tak mungkin bisa memimpin kita.
Saya sendiri saat ini adalah seorang supervisor di sebuah perusahaan farmasi.Saya membawahi 3 orang.Adakalanya saat orang-orang yang ada di bawah kordinasi saya bekerja tidak sesuai harapan, saya terpancing marah.Namun saya ingat pesan General Manager saya,"Bahwa pemimpin yang baik marah bukan karena emosi, tapi marah karena harus."
Tentu beda bukan.Marah karena emosi bisa jadi yang keluar adalah cacian yang malah membuat keharmonisan tim menghilang.Maka saat saya rasa ada yang salah dengan bawahan saya, saya tegur mereka lalu saya beri pandangan yang mendoktrin mereka karena disampaikan secara berulang-ulang.
"Kerjalah untuk diri sendiri bukan untuk perusahaan."Saya motivasi mereka untuk mengejar insentif sebanyak-banyaknya.Dan cara ini terbukti jitu.Saat mereka sadar bahwa apapun yang mereka kerjakan hasilnya akan kembali pada mereka, mereka mulai bekerja dengan benar tanpa perlu pengawasan.
Sebab kalau bonus mereka besar yang menikmati mereka bukan orang lain.Maka mereka terbentuk untuk menjadi manager di area dan di dalam jobdesk mereka masing-masing.itu sebab saya bertanya di awal, apakah mereka yang bukan seorang marketing relate dan dapat menangkap pesan dari tulisan ini ?
Tapi saya rasa sih seharusnya bisa ya.Katakanlah anda seorang pelayan toko, manager anda tidak menyenangkan, teman anda menyebalkan, kalau anda berpikir bahwa saya bekerja untuk diri saya sendiri, untuk membeli barang idaman saya, untuk bantu keluarga, dan bukan bekerja untuk menyenangkan teman serta atasan, minimal anda menjadi kuat untuk bertahan dipekerjaan.
Sama seperti seorang marketing yang diberi target oleh perusahaan, hal itu tidak akan menjadi beban yang berlebihan.Toh kalau target tercapai bonusnya bisa keluar.Maka orientasinya adalah mengejar insentif dan bukan mengejar target.Walaupun salah satu syarat mendapat insentif adalah target yang tercapai.
Demikian juga untuk anda yang bekerja sebagai pelayan toko tadi.Jangan pelit tenaga, jangan malas belajar, dan jangan hitung-hitungan.Saya punya teman yang tidak lulus SD, tapi sekarang dipercaya untuk mengelola kedai kopi yang cukup besar.
Awalnya dia masuk hanya sebagai waitress, namun karena dia tidak pelit tenaga, mau disuruh belanja ke pasar, mau belajar meracik kopi, mau belajar administrasi, sekarang dia sudah dipercaya untuk jadi penanggung jawab kafe tersebut.
Lihatlah, kalau anda berpikir bahwa bekerja itu bukan untuk perusahaan tapi untuk diri sendiri anda akan termotivasi berbuat lebih (do more).Toh memang faktanya memang demikian bukan.Teman saya itu tekun belajar hal baru di kafe, karena dia semakin pintar akhirnya dia jugalah yang menikmati hasilnya.
Saat masih menjadi marketing kredit di sebuah Bank BUMN manager saya pernah bercerita.Dulu dia rajin bagi-bagi brosur di pasar, kehujanan, kepanasan dia lakukan tanpa kenal lelah.Tapi anehnya, yang datang mengajukan pinjaman malah bukan dari pasar dimana dia membagi-bagikan brosur.
Yang mengajukan pinjaman malah dari pasar yang tidak dia datangi.Artinya apa dia bertanya,"Tuhan itu adil, kalau kamu bekerja keras, pintu rejeki akan dibukakan dari mana saja.Kamu bagi brosur di pasar A, tapi karena kamu tekun Tuhan kirim orang yang ingin pinjam kredit dari pasar B."Artinya kerja kerasmu sesungguhnya tidak pernah sia-sia.Tiap tetes keringat yang kamu keluarkan semua akan dibayar lunas oleh Tuhan.
Maka bolehlah kita mengevaluasi ulang pikiran kita.Jangan-jangan selama ini kita sering menggerutu karena kita berpikir bahwa kita bekerja untuk perusahaan.Kita bekerja untuk pemilik modal yang kapitalis."Saya diperbudak, ini tidak adil, harusnya pulang jam 5 teng, ini udah lebih 5 menit harus ada uang lembur..bla..bla..blaa."
Terus kita menggerutu karena anggap diri tidak layak diperlakukan begitu dan begini.Padahal kalau kita tidak niat bekerja ada banyak yang antri untuk menggantikan posisi kita di luar sana.Sesekali mengeluh karena pekerjaan adalah wajar, tapi jangan sampai mengeluh adalah karakter kita.
Jangan sampai julid adalah kepribadian kita.Jangan jadi pekerja yang problematik !
Jadilah pekerja yang tulus dan ikhlas.Sekali lagi mari mengingatkan diri sendiri,"Kerja itu untuk diri sendiri, bukan untuk perusahaan, sebab perusahaan duitnya sudah banyak.
Semoga tulisan ini bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H