"Seperti kita tahu belakangan ini Partai Demokrat bergejolak.Nama Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, turut terseret dalam isu kudeta terhadap sang ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono. Suksesor Susilo Bambang Yudhoyono tersebut pun sampai menggelar konferensi pers di Taman Politik Wisma Proklamasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Senin, 1 Februari 2021 lalu."
"Menurut Politikus senior Partai Demokrat Yus Sudarso,setidaknya terdapat empat faksi yang menginginkan Agus Harimurti Yudhoyono diganti sebagai ketua umum Demokrat.Faksi pertama yang menginginkan perubahan yakni kelompok Subur Budhisantoso, Ketua Umum Partai Demokrat 2001-2005.Kedua, faksi Ketum Demokrat hasil kongres 2005 di Bali yakni Hadi Utomo.Faksi ketiga, kata Yus, adalah kelompok Anas Urbaningrum.Berikutnya yang menginginkan perubahan di Demokrat yakni faksi Marzuki Alie."
Surat yang dilayangkan oleh Agus Harimurti Yudhoyono kepada Presiden Jokowi telah sampai ke istana. Dalam suratnya itu Agus Harimurti Yudhoyono meminta klarifikasi Jokowi terkait usaha mengkudeta dirinya sebagai ketua umum Demokrat.
Secara logika surat itu dilayangkan Agus Harimurti Yudhoyono pada Jokowi Karena keterlibatan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, dalam usaha mengkudeta kepemimpinan Agus. Namun secara resmi pihak istana dan Presiden Jokowi enggan menanggapi surat tersebut.
Moeldoko sendiri sudah memberi klarifikasi bahwa para kader Demokrat yang menemuinya dan mendorong Moeldoko untuk menjadi calon pemimpin Partai Demokrat. Bahkan para kader yang tidak suka dengan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono berharap Partai Demokrat dapat menjadi kendaraan Moeldoko dalam pilpres di tahun 2024. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita maknai dari Kejadian ini.
Pertama, Agus Harimurti Yudhoyono tidak punya nilai tawar sebagai calon Presiden di tahun 2024. Hal ini memang didukung oleh berbagai survei yang tidak pernah memasukkan nama Agus Harimurti Yudhoyono kedalam 10 besar tokoh terpopuler.
Kedua, di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono Partai Demokrat cenderung stagnan bahkan merosot ke dasar klasemen partai politik di Indonesia.
Ketiga, di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono Partai Demokrat kehilangan identitasnya. Tidak seperti Partai Demokrat di Amerika Serikat yang berkarakter, Partai Demokrat di Indonesia saat ini seperti tidak memiliki warna.Dibilang hitam tidak, dibilang putih tidak, dibilang mendukung pemerintah tidak, dibilang oposisi juga tidak.
Keempat, Partai Demokrat kehilangan posisinya. Agus Harimurti Yudhoyono dinilai tidak punya mental yang cukup radikal untuk memperjelas posisi Demokrat dalam perpolitikan tanah air. Partai Keadilan Sejahtera adalah salah satu indikatornya. Partai Keadilan Sejahtera selalu bersikap jelas sebagai oposisi pemerintah. Strategi ini sukses karena terus mengangkat suara Partai Keadilan Sejahtera ke atas.
Kelima, para kader Demokrat kayaknya merindukan dipimpin oleh seseorang seperti Susilo Bambang Yudhoyono. Partai Demokrat rindu dipimpin oleh seorang ketua umum yang juga berpotensi menjadi presiden di tahun 2024. Karena sosok yang menjadi ketua umum harus berpotensi menjadi calon presiden agar bisa mengerek suara di legislatif.